KUDUS, Lingkarjateng.id – Produksi gula merah di Desa Kandangmas, Kecamatan Colo, Kabupaten Kudus, mengalami penurunan selama musim hujan. Hal ini disebabkan oleh kualitas tebu yang menurun akibat tingginya curah hujan.
Produsen Gula Merah di Desa Kandangmas, Kurin, mengungkapkan bahwa produksi gula merah di desa setempat merupakan usaha musiman.
Biasanya, produksi dimulai pada bulan Maret dan berlangsung hingga November. Namun, ketika musim penghujan tiba, hasil produksi tidak seoptimal musim kemarau.
“Kalau musim kemarau, seperti bulan Juli hingga September, kami bisa memproduksi hingga 800 kilogram gula merah per hari. Tapi, saat musim penghujan, seperti sekarang, produksi hanya mencapai 600 kilogram per hari,” ujar Kurin di Kudus pada Kamis, 12 Desember 2024.
Penurunan ini, lanjut Kurin, terjadi karena kualitas tebu yang digunakan sebagai bahan baku utama juga menurun selama musim penghujan.
Pasalnya, tebu yang basah akibat hujan menghasilkan gula dengan kualitas standar, tidak sebagus yang dihasilkan saat musim kemarau.
Menurutnya, selain faktor kualitas, musim penghujan juga berdampak pada proses produksi.
“Kondisi cuaca yang basah membuat pengeringan gula merah menjadi lebih sulit, sehingga memengaruhi jumlah yang bisa kami hasilkan,” jelasnya.
Untuk memproduksi gula merah, dibutuhkan tenaga kerja sekitar 10 orang. Mereka bertugas mengangkut tebu, memasak sari tebu, hingga mencetak gula merah.
Namun, saat musim penghujan, intensitas pekerjaan menjadi lebih rendah dibandingkan musim kemarau.
Saat ini, sebagian besar produsen sedang bersiap memasuki masa tanam tebu, yang berlangsung dari bulan Desember hingga Februari.
Masa produksi intensif gula merah akan kembali dimulai pada bulan Maret, ketika musim kemarau mulai tiba.
“Produksi gula merah itu hanya delapan bulan dalam setahun, dari bulan Maret sampai November. Desember hingga Februari lebih banyak untuk persiapan tanam tebu dan perbaikan alat produksi,” tambah Kurin.
Gula merah merupakan salah satu produk andalan Desa Kandangmas, yang dipasarkan tidak hanya di Kudus, tetapi juga ke wilayah sekitar seperti Jepara dan Demak.
Meski menghadapi tantangan produksi di musim penghujan, Kurin dan produsen lainnya tetap optimistis permintaan akan gula merah tetap tinggi, terutama saat memasuki musim kemarau. (Lingkar Network | Mohammad Fahtur Rohamn – Lingkarjateng.id)