KENDAL, Lingkarjateng.id – Proyek percobaan Bantuan Keuangan Khusus Desa berbasis Dusun tahun 2021 sudah selesai. Setelah ditinjau Bupati Kendal, Dico Ganinduto sementara ada satu dusun yang tidak sesuai peruntukannya.
Saat meresmikan Rumah Produksi UMKM di Desa Payung Kecamatan Weleri, Selasa (1/3), Bupati berpesan kepada semua desa yang mendapatkan BKK Dusun agar programnya benar-benar prioritas.
“Saya kecewa ada satu dusun dari 19 dusun yang tidak sesuai dengan tujuan dari program Bantuan Keuangan Khusus Desa berbasis Dusun yang saya gulirkan. Karena saya melihat bukan merupakan prioritas dan terkesan sebagai pemanis saja. Saya minta ke depan benar-benar diperhatikan,” ujar Dico.
Bupati Kendal Kukuhkan Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama
Menurut Dico, yang harus diperhatikan dalam menerima BKK Dusun adalah programnya merupakan prioritas dan bermanfaat karena memberdayakan masyarakat sekitar dalam pembangunan. Selain itu, bisa memulihkan perekonomian warga setempat dan sesuai dengan visi dan misi bupati dan wakil bupati.
Dikatakan olehnya, tahun 2022 ini ada 600 dusun yang mendapatkan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Desa berbasis Dusun. Dalam penggunaannya harus mencakup ketiga persyaratan yang telah disampaikan.
“Di Desa Payung Kecamatan Weleri ini merupakan contoh yang bagus, pembangunan rumah produksi UMKM. Dari programnya sendiri jelas akan menaikkan ekonomi masyarakat dan pembangunannya sendiri melibatkan masyarakat,” lanjutnya.
Kepala Desa Payung, Kecamatan Weleri, Son Hanarno saat dikonfirmasi mengatakan, saat mendapatkan BKK Dusun dirinya menginstruksikan kepada kepala dusun untuk benar-benar memilih program yang bermanfaat. Rumah produksi UMKM adalah yang paling tepat karena dirinya ingin mempunyai produk UMKM asli Desa Payung dan menjadi produk unggulan.
Bupati Kendal Ajak OPD Borong Produk UMKM
Dirinya ingin kepercayaan yang diberikan ke desanya terjaga dan benar-benar memiliki manfaat bagi warganya. Oleh karenanya, dia meminta pendapat warga agar bantuan bisa diterima oleh masyarakat.
Nantinya, rumah produksi yang dibangun dengan dana BKK Dusun sebesar Rp 100 juta tersebut untuk produksi kerupuk petis. Rumah produksi tersebut akan dikelola oleh BUMDes dan akan menjadi produk UMKM khas dari Desa Payung.
“Kami akan menjadikan rumah produksi untuk kerupuk petis. Saya sengaja memilih satu dari sekian banyak produk UMKM untuk dijadikan unggulan desa kami. Rumah produksi ini selanjutnya akan dikelola oleh BUMDes,” ujar Son Hanarno. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Koran Lingkar)