SOLO, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta berkomitmen tetap mengelola Taman Sriwedari Solo, meski hingga saat ini kawasan tersebut masih menjadi sengketa antara pemerintah daerah dengan ahli waris Wiryodiningrat.
“Masterplan di Sriwedari memang sudah dikonsep sebelumnya dan masuk rencana RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah),” kata Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani di Solo, Jateng, Jumat (24/12).
Ia mengatakan, penggunaan lahan tersebut akan difokuskan untuk kegiatan budaya dan ruang terbuka bagi masyarakat. “Bangunan di sana hanya untuk kegiatan budaya, di antaranya ada Gedung Wayang Orang, Museum Keris dan Museum Radya Pustaka. Untuk GWO yang lama akan dijadikan sebagai museum modern dan nanti akan dibangun lagi GWO yang lebih representatif,” katanya.
Pengunjung Menurun, Taman Lampion Kudus Butuh Perbaikan
Sedangkan sebagian kawasan akan dikembalikan pada desain lama, salah satunya ada jembatan lengkung. Menurut dia, pembangunan kawasan Sriwedari diprediksikan membutuhkan dana yang besar.
Kisaran awal anggaran menyentuh Rp 200 miliar, tetapi kalau gedung belum (belum termasuk). Untuk museum nanti kami akan mengacu pada teater modern, baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri,” katanya.
Ia mengatakan pada pengelolaan tersebut, sebagian pemerintah menggunakan APBN, di antaranya untuk pembangunan Lapangan Sriwedari, Museum Keris dan perawatan di kawasan Sriwedari. “Termasuk Graha Wisata, revitalisasi kolam atau segaran, dan taman-taman yang ada di sana,” katanya. Sedangkan untuk pembangunan Masjid Sriwedari yang saat ini masih dalam proses, dikatakannya, akan menggunakan dana CSR dari perusahaan. “Tidak memungkiri kami butuh anggaran dari CSR,” katanya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)