SEMARANG, Lingkarjateng.id – Menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2573 atau tahun Cina, Komunitas Fesyen Berkelanjutan Empu menyelenggarakan peragaan busana ramah lingkungan di Klenteng Tay Kak Sie. Bersama Designer Semarang dan Collabox, perayaan busana Imlek mengangkat banyak seni dari bahan tekstil tradisional yang berserat alam maupun warna alam.
Koordinator Komunitas Empu, Leya Cattleya Soeratman menerangkan, peragaan busana tersebut menampilkan karya para perajin tekstil tradisional dan eco-fashion, serta pelengkap fashion dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Temanggung, Banjarnegara, Nganjuk, Pulau Sabu dan Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur.
Adapun anggota komunitas Empu yang akan berperan aktif, antara lain ada Zie Batik Semarang, Rhabag Semarang, Mlati Wangi Semarang, Alamasa Semarang, Collabox Creative Hub Semarang, Sora Sihibori Semarang, Sabda Batik Banjarnegara, Hijrah Kreatif Yogyakarta, Lusi Tjan Temanggung, Yayuk Sri Rahayu atau Adikarya Agribisnis dari Nganjuk Jawa Timur.
Perayaan Imlek, Klenteng Hok Tik Bio Pati Bagikan Sembako dan Kue Keranjang
“Kemudian adapula Alamasa, Kelompok Tenun Maumere, Flores, Kelompok Tenun Rindi Sumba Timur, dan Kelompok Mira Kanddi dari pulau Sabu, NTT,” ujar Leya Cattleya Soeratman.
Sementara karya busana Chiongsam dari bahan-bahan tradisional paduan tenun, lurik dan batik itu dirancang oleh Ina Neasham, salah satu anggota Indonesia’s Fashion Chambers akan diperagakan oleh 12 peragawan-peragawati dari kalangan Denok Kenang Semarang.
“Dan 6 peragawati dari kalangan profesional Kota Semarang. Peragaan busana akan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam penyelenggaraannya,” jelasnya.
Menurutnya, peragaan busana ramah lingkungan di Kawasan Klenteng Tay Kak Sie yang menyambut Tahun Baru Imlek 2022 ini memiliki beberapa tujuan, antara lain merayakan Tahun Baru Imlek 2022 untuk mengharapkan rezeki, kesuksesan dan kebahagian masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di Semarang di tahun ini dan ke depan.
Perayaan Imlek, Karang Taruna Grobogan Gelar Pengobatan Gratis
“Membangun pemahaman bersama diantara masyarakat, bahwa selama ini fashion yang ramah lingkungan akan berkontribusi pada upaya menjaga bumi kita dari perubahan iklim dan pemanasan global,” terangnya.
Sementara Designer sekaligus anggota Assosiasi Indonesian Chapter Semarang, Agustina Siswanto mengatakan, saat ini lebih ke model tradisional dengan merealisasikan bahan-bahan tenun dari warna alam untuk dikombinasikan.
“Bahan tenun dari warna alam yang di mana kombinasi juga memakai warna alam, luriknya juga warna alam, yang dari Klaten. Saat ini kan kita lebih untuk memajukan para perajin menjadi tenun-tenun warna alam untuk berkembang,” terangnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)