KARANGANYAR, Lingkarjateng.id – Provinsi Jawa Tengah sudah mampu swasembada daging. Di sisi lain, angka kelahiran sapi hasil kawin suntik ternyata belum optimal.
Sejumlah kendala menjadi penyebab dari belum optimalnya kelahiran sapi hasil kawin suntik tersebut. Antara lain kondisi kesehatan sapi kurang bagus saat harus dilakukan kawin suntik, serta sikap abai sebagian peternak dengan program kawin suntik tersebut.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Tengah, Ignatius Hariyanta Nugraha usai menyerahkan bantuan sarana pengolahan hasil ternak secara simbolis di kantor Dinas Pertanian Pangan dan Perkebunan Karanganyar, Senin (29/11).
Ignatius mengungkapkan produksi daging, susu, telur di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah melampaui target. Bahkan dari surplus komoditas itu, Jawa Tengah mampu memasok kebutuhan di Jabodetabek.
“Dari semua indikator, produksi daging, telur, susu memenuhi target. Bahkan lebih dari 100 persen. Kebutuhan daging Jateng tercukupi. Dari Jateng juga mensuport kebutuhan Jabodetabek 100 ribu ekor sapi per tahun,” kata Ignatius.
Untuk itu, untuk mempertahankan kebutuhan daging tetap surplus, angka kelahiran ternak harus dipacu. Namun dalam perkembangannya langkah yang dijalankan belum optimal.
Uji Coba Pemanfaatan Azolla sebagai Pupuk Organik di Karanganyar
Ignatius mengungkapkan tahun 2021 lahir 250 ribu-300 ribu sapi saja yang lahir dari hasil kawin suntik. “Idealnya lebih dari jumlah itu. Sebab konsumsi daging terus meningkat,” kata Ignatius.
Ignatius menyebut salah satu kendala yang dihadapi adalah belum semua peternak mengikuti program kawin suntik atau inseminasi buatan. Para peternak sapi tidak melapor ke mantri ternak perihal kesiapan ternaknya untuk kawin suntik. Padahal pemerintah tidak memungut biaya atas tindakan di balai inseminasi.
“Tarifnya kawin suntik bisa sampai Rp 200 ribu. Tapi kita gratiskan di balai inseminasi,” kata Ignatius.
Kendala lain adalah kondisi ternak yang kurang siap pada saat hendak diberi tindakan. Kondisi yang sering terjadi adalah ternak dalam kondisi sakit.
Mengenai jumlah mantri suntik yang dimiliki saat ini, Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Tengah memiliki 700 mantri suntik di Jawa Tengah. Namun diakui Ignatius jumlah tersebut masih sedikit dibanding kebutuhan.
“Petugas sampai kewalahan. Seorang bisa melakukan tindakan sampai lebih dari 10 ekor per hari,” kata Ignatius. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)