KARANGANYAR, Lingkarjateng.id – Kelompok Tani (Poktan) Bangun Karso 3, Dusun Penggungrejo, Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang untuk pertama kalinya mempraktekkan penggunaan pupuk organik yang dibuat dari arang sekam padi, jerami dan pupuk diperkaya Azolla.
Praktik menebar Azolla sebagai pupuk organik yang terbuat dari limbah panen padi dan pupuk diperkaya tersebut dilakukan di lahan seluas 1800 meter persegi milik Samino, Sekretaris Desa Ngadirejo.
“Dalam praktik tadi awalnya memang hanya dilakukan di 1 petak saja milik Pak Samino. Tapi tadi petani yang punya lahan di sampingnya minta juga untuk ikut menebar, jadinya 2 petak. Yang petak sebelahnya 1 karung untuk coba-coba dan untuk melihat komposnya seperti apa (hasilnya),” jelas Vita Ratri Cahyani, Ketua Kelompok Riset Pertanian Tropika Fakultas Pertanian UNS, kemarin (28/11).
Vita bersama tiga dosen lainnya bekerja sama dengan Dinas Pertanian Pangan dan Perkebunan Karanganyar mendorong penggunaan pupuk organik bagi petani yang selama ini selalu menggunakan pupuk kimia.
Kelompok riset pertanian tersebut juga melakukan edukasi pemanfaatan pupuk organik dari limbah panen padi serta pupuk diperkaya (Azolla, sejenis mikroba tanpa tanah) sejak Januari lalu hingga saat ini.
2 Tradisi Masyarakat Karanganyar Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Pupuk organik dari limbah panenan padi dan Azolla tersebut menjadi judul penelitian pengabdian masyarakat mereka yaitu Soilles Media Berbasis Arang Sekam Padi dan Pupuk Diperkaya untuk Pengembangan Hortikultura.
Mereka awalnya mencari tahu kondisi riil penggunaan organik oleh para petani di Desa Ngadirejo. Kemudian menyosialisasikan keberadaan pupuk organik yang dibuat dari limbah panen padi dan Azolla kepada petani.
Hingga akhirnya hari ini (kemarin) dilakukan penebaran pupuk organik tersebut untuk pertama kalinya.
Menurut Vita, pupuk organik yang dikembangkan timnya itu, tidak membutuhkan tanah (soilless) sehingga cocok untuk mengganti pupuk kimia serta mengembangkan hortikultura. Tetapi karena ini diterapkan di lahan persawahan, maka dilakukan modifikasi.
“Rencananya pupuk organik ini akan ditebar petani 2 kali, termasuk aplikasi Azolla-nya,’’ kata Vita.
Vita menerangkan, mengenai hasil padinya nanti, tidak langsung bisa diharapkan memperoleh hasil instan (lebih bagus atau banyak).
Pengaruh pupuk organik ini akan nyata setelah beberapa kali aplikasi. Makin tinggi frekuensi aplikasi dijalankan dalam setahunnya, makin nyata pengaruhnya bagi tanaman.
“Semua juga bergantung pada ketersediaan nutrisi tanah (unsur hara) apakah masih mencukupi, atau kalau kurang, sejauh mana kekurangannya,” pungkasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)