GROBOGAN, Lingkarjateng.id -Budidaya maggot dilakukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Ngembak, Kecamatan Purwodadi, berhasil mengurangi sampah organik hingga 50 Kg per hari. Padahal, budidaya maggot ini juga bernilai ekonomis, misalnya digunakan sebagai pakan ternak.
Sementara itu, Koordinator Lapangan TPA Ngembak, Aditiyo Mukti Setiawan mengatakan pihaknya mengembangbiakkan maggot dari telur hingga dewasa.
“Pangannya berasal dari sampah organik yang masuk ke TPA Ngembak sini,” ujarnya, pada Minggu, 9 Juni 2024.
Dijelaskan dalam budidaya maggot di TPA Ngembak, terdapat sembilan tempat pengembang biakan moggot yang berupa rak. Secara rinci, terbagi menjadi tiga rak dimana satu raknya terdiri tiga susun dengan ukuran 3×10 meter.
Lebih lanjut, pihaknya mengatakan, hasil yang didapat dari budidaya tersebut sebagian akan dijual, dan sebagian yang lain digunakan sendiri..
“Hasilnya selain dijual per kilogram seharga Rp 7,5 ribu, juga kita pakai sendiri, untuk pakan ikan, pakan ternak seperti bebek, ayam,” imbuhnya.
Aditiyo menambahkan, upaya tersebut, dilakukan guna memaksimalkan penguraian sampah organik. Lebih lanjut, dalam budidaya maggot yang dilakukan di TPA Ngembak, mampu mengurangi atau menghabiskan 50 Kilogram sampah organik yang ada.
“Sampah Organik kami pilah terlebih dulu. Sementara pengambilan dari pasar pagi seperti buah, sayuran busuk hingga sampah dapur berupa nasi sisa dan sejenisnya,” katanya.
Sementara, selain diberikan ke maggot, sisa dari sampah organik ini juga dimanfaatkan menjadi pupuk organik.
“Untuk dibuat pupuk di taman-taman kota. Atau kalau ada warga sekitar TPA yang meminta ya kami kasih. Biasanya untuk tanaman bunga dan teras,” pungkasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)