GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Grobogan melanjutkan Focus Group Discussion (FGD) tentang City Branding Kabupaten Grobogan yang diselenggarakan di lantai 3 Mal Pelayanan Publik (MPP) Grobogan, Kamis, 20 Juni 2024.
FGD kali ini membahas branding Kabupaten Grobogan dalam perspektif perekonomian daerah dengan menghadirkan Dr. Mulyoto dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Ada beberapa usulan menarik dari para peserta untuk menentukan tagline Kabupaten Grobogan, antara lain Grobogan The Secret of Java, Grobogan Bumi Pepali, dan Grobogan Bumi Pajale.
Usulan tagline Grobogan Secret of Java disampaikan Ketua Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Grobogan Nugroho Adi Kuncoro. Menurutnya, Kabupaten Grobogan menyimpan banyak hal yang masih tersembunyi serta tidak dimiliki daerah-daerah lain.
“Misalnya Waduk Nglangon, itu ternyata waduk pertama di Indonesia. Kemudian Stasiun Tanggung di Tanggungharjo, itu juga stasiun pertama kali di Indonesia,” ujarnya.
Kemudian terkait ekonomi, Nugroho menuturkan bahwa logo yang nantinya akan dipilih oleh Pemkab Grobogan dapat dimasukkan di setiap produk ekonomi. Sehingga, produk asli Grobogan dapat dikenal luas melalui logo city branding milik Kabupaten Grobogan.
Sementara itu Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Grobogan, Suryati Icek Baskoro, mengusulkan agar menggunakan logo milik pemenang dalam sayembara yang digelar Disporabudpar Grobogan tahun lalu, yakni Grobogan The Amazing of Java.
Branding itu, kata Suryati, sudah cukup mewakili kondisi Grobogan. Selain itu, Kabupaten Grobogan memiliki Bledug Kuwu serta Api Abadi Mrapen. Potensi tersebut menurut Ketua GOW Grobogan bila dapat dimaksimalkan akan menjadi wisata yang luar biasa.
“Jadi, The Amazing of Java bisa mewakili Kabupaten Grobogan,” katanya.
Di sisi lain, Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, Ekonomi dan Keuangan Setda Grobogan, Teguh Prijadi, mengatakan tagline yang nantinya dipilih harus sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Sehingga, jangan sampai manfaat dari tagline tidak jelas.
“Harus sesuai dengan fakta di lapangan. Branding harus ada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi,” kata Teguh.
Sedangkan Kepala Bappeda Grobogan, Afi Wildani, menyampaikan setiap usulan tagline akan menjadi pertimbangan. Pihaknya mencari yang terbaik sehingga nantinya dapat disepakati oleh semua pihak.
“Meskipun sulit, bahkan tidak mungkin, tetapi yang terpenting kita sudah melalui semua proses untuk mencapai kesepekatan final,” tandasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)