BLORA, Lingkarjateng.id – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Blora menggiatkan pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) dalam memanfaatkan sampah organik rumah tangga untuk diolah menjadi fermentasi Eco-enzyme. Hal itu disampaikan oleh Kepala DPUPR Kabupaten Blora, Samgautama Karnajaya pada Jumat (4/3).
“Kita belajarnya dari tutorial YouTube. Ini sudah panen yang dibuat beberapa bulan lalu,” ucapnya.
Meski sudah panen, pihaknya terus berupaya untuk membuat lagi. Hal itu juga disambut dengan antusias oleh pegawai ASN dan DWP dinas setempat.
DLH Pati Gencarkan Program Bank Sampah untuk Kurangi Sampah
Sementara itu, Ketua DWP DPUPR Blora, Pipit Windri Aryati menjelaskan, pagi ini berhasil memanen 3 boks yang selama beberapa bulan dilakukan fermentasi sampah dari dapur rumah.
“Mulai Senin besok lantai di kantor DPUPR sudah dirawat dengan Eco-enzyme hasil dari membuat sendiri.Semangat merawat semesta,” ujarnya.
Seperti diketahui, pengolahan sampah organik dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni pengomposan, baik secara aerobik maupun anaerobik dengan membuat Eco-enzyme.
DPUPR Blora Imbau Warga Tidak Buang Sampah di Sungai
Keistimewaan Eco-enzyme adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada proses pembuatan kompos. Pembuatan Eco-enzyme sangat hemat dalam hal tempat pengolahan dan dapat diterapkan di rumah.
Untuk bahan produksi, tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu. Wadah-wadah seperti botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan, dapat dimanfaatkan kembali sebagai tangki fermentasi Eco-enzyme.
Hal ini juga menjadi nilai tambah karena mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.
Eco-enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun. Pembuatannya hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah. Eco-enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu) dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10.
Hujan Meninggalkan PR untuk DPUPR Jepara
Pada dasarnya, Eco-enzyme mempercepat reaksi biokimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna dalam pemanfaatan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara mangolah sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk menghasilkan cairan yang bermanfaat.
Proses fermentasi dalam pembuatan Eco-enzyme berlangsung selama 3 bulan. Setelah itu, cairan yang dihasilkan berwarna coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi yang kuat sudah bisa dimanfaatkan.
Eco-enzyme dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak dan bahan spa untuk membantu melancarkan peredaran darah. (Lingkar Network | Lilik Yuliantoro – Koran Lingkar)