Teams Games Turnaments, Mengajar Menyenangkan Dalam Kurikulum Merdeka

POTRET: Guru SDN Tambahmulyo 02, Rukani, S.Pd.SD (Lingkarjateng.id)

POTRET: Guru SDN Tambahmulyo 02, Rukani, S.Pd.SD (Lingkarjateng.id)

Oleh: Rukani, S.Pd.SD, Guru SDN Tambahmulyo 2

BEBERAPA tahun belakangan,paradigma Pendidikan Indonesia mulai beranjak ke arah baru. “Arah baru” yang dimaksud adalah lahirnya paradigma konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme menerapkan konsep yang diusung dalam merdeka belajar, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered).

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) menjadikan kegiatan tidak hanya mentransfer ilmu dari guru ke peserta didik melainkan pembelajaran tersebut dikonstruksikan oleh peserta didik itu sendiri. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator dimana guru menstimulasi peserta didik agar dapat berpikir kritis, lebih aktif dan dapat menyelesaikan permasalahannya.

Penerapan dari pembelajaran konstruktivisme merupakan respon atas dominannya kegiatan pembelajaran konvensional di zaman dahulu dimana guru mentransfer ilmu kepada peserta didik sementara peserta didik pasif dan hanya menerima ilmu tersebut tanpa dikembangkan. Pembelajaran yang monoton seperti mendengarkan ceramah guru, hanya duduk di kelas mengerjakan soal-soal tanpa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan menjadikan suasana pembelajaran yang membosankan dan sisa menjadi kurang antusias.

Munculnya kurikulum merdeka yang cetuskan oleh Bapak Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim adalah bentuk upaya memajukan kualitas Pendidikan dengan memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Karakteristik kurikulum merdeka adalah focus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam dan aktu lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter melalui konteks nyata (Projek penguatan Profil Pancasila).

Salah satu upaya dalam mewujudkan pembelajaran menyenangkan dalam kurikulum merdeka adalah melalui permainan Teams Games Tournament (TGT).  Apa itu metode TGT? Bagaimana penerapannya? Secara keseluruhan, TGT terdiri atas kegiatan teaching (presentasi dan pengajaran oleh guru), team study (belajar secara kelompok), tournament (perlombaan) dan recognition (pengakuan dan penganugerahan).

Dalam kegiatan yang dilakukan lebih menekankan pada kegiatan game dalam pembelajaran yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik dan jiwa kompetisi baik fisik, mental dan aturan yang telah disepakati dan telah ditetapkan. Jika Bapak/Ibu guru sebelumnya telah menerapkan kegiatan tersebut dalam pembelajaran, secara tidak langsung Bapak/ibu telah menerapkan metode tersebut. Kegiatan ini dapat lebih menyenangkan manakala sesuai dengan prosedur yang telah disepakati. Selain peserta didik lebih bersemangat dalam belajar, baik itu pelajaran teori ataupun eksak, peserta didik juga lebih bersemangat karena dapat berkompetisi dengan temannya secara berkelompok.

Secara konsep dan komponen, model pembelajaran TGT memiliki kesamaan dengan metode Student Team Achievment Division (STAD). Perbedaannya terletak pada penekanan terhadap game akademik sebagai fitur utama. Jadi, penilaian dalam TGT berfokus pada hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari tiap anggota kelompok. TGT meliputi lima komponen, diantaranya:

  1. Presentasi kelas (Class Presentation). Pada awal pembelajaran, pendidik menyampaikan materi ajar, tujuan pembelajaran serta pokok bahasan yang akan dipelajari. Peserta didik sebelumnya dapat mempelajari terlebih dahulu agar memahami dan memiliki aasan yang lebih banyak. Guru dapat memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat berkompetisi dengan jujur, adil dan antusias dalam pembelajaran.
  2. Tim atau kelompok (Teams). Sisa di kelas dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4-5 peserta. Pada tahap pembentukan kelompok, guru dapat memberikan control agar tidak ada kelompok yang lebih dominan daripada kelompok lainnya. Upaya yang dapat dilakukan agar setiap kelompok merata adalah dengan melakukan kajian terhadap hasil ujian, jenis kelamin, etnik, ras, dan psikologi peserta didik. Fungsi kelompok adalah untuk menstimulasi interaksi antar peserta didik. Setiap kelompok harus mempelajari lembar materi ajar dan mempersiapkan anggota agar dapat bekerja sama untuk hasil yang optimal pada saat game. 
  3. Permainan (Games). Pada tahap ini menuntut kesiapan peserta didik dalam memahami materi ajar. Guru menyampaikan aturan-aturan dalam permainan. Guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. eserta didik kemudian memilih kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang ia peroleh. Bila mereka menjawab dengan benar akan mendapatkan skor dengan skala tertentu.
  4. Turnamen. Pada tahap ini, masing-masing perwakilan kelompok maju dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. Perwakilan kelompok yang tercepat menyelesaikan soal mendapatkan nilai tertinggi maupun sebaliknya. Model pembelajaran kompetisi seperti ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman mereka, kekompakkan kelompok, dan rasa kepedulian satu sama lain. Apabila komunikasi di antara anggotanya baik maka skor yang didapat akan maksimal. 
  5. Penghargaan Kelompok (Team recognition). Tahap akhir dari TGT adalah memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok dengan perolehan skor terbanyak. Pemberian penghargaan penting diberikan kepada peserta didik untuk memberikan motivasi, semangat dan apresiasi dari apa yang telah mereka lakukan.

Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan, TGT merupakan salah satu rekomendasi kegiatan yang dapat dilakukan di kelas karena selain dapat menambah semangat peserta didik, peserta didik juga dapat lebih termotivasi untuk belajar dan bekerjasama dalam tim sehingga dengan sendirinya tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal manakala guru dapat memberikan control secara tepat dan menciptakan suasana kelas yang kondusif.

Exit mobile version