Remaja, Konsep Diri Dan Bullying

Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Sidareja Cilacap

OLEH : Puteri Rahmawati Cahyani, S.PdGuru Bimbingan dan Konseling, SMP Negeri 1 Sidareja, Cilacap

Remaja identik dengan isu-isu negatif seperti bullying, kenakalan remaja atau tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma lainnya. Remaja memiliki pandangan hidup yang masih belum menetap atau dapat diartikan remaja adalah individu yang berada di masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan berbagai peristiwa unik dan menarik bagi dirinya. Selain itu masa remaja ditandai dengan adanya perubahan-perubahan dalam diri baik fisik maupun psikis. Perubahan yang jelas adalah perubahan fisik, terlihat sangat pesat hingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa disertai dengan berkembangan kapasitas reproduksinya. Menurut  Hurlock (2011) ciri-ciri masa remaja terbagi sebagai periode yang penting, sebagai masa peralihan, sebagai masa perubahan, sebagai usia bermasalah, sebagai usia mencari identitas, sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, sebagai masa yang tidak realistis dan sebagai ambang masa dewasa.

Sesuai dengan ciri-ciri remaja tersebut perlu diberikan pendampingan khusus dari orang tua di rumah dan guru di sekolah menengah pertama sebagai kunci masa remaja awal dan masuk pada masa remaja pertengahan. Remaja usia SMP memiliki keinginan untuk mencoba banyak hal baru agar memiliki pengalaman baru. Pengalaman yang diperoleh akan membentuk konsep diri remaja. Konsep diri merupakan penilaian individu terhadap kemampuan diri serta melakukan evaluasi dari lingkungan sekitarnya. Selain itu menurut Mercer (2011) konsep diri merupakan konstruk psikologis yang terdiri atas deskripsi diri mencakup evaluasi kan kemampuan dan harga diri yang terkait dengan penilaian individu.

Konsep diri remaja dapat dirumuskan sebagai suatu pandangan dan penilaian mengenai diri sendiri yang mencakup tentang kondisi diri sesuai komponen pengetahuan dan evaluatif. Konsep diri merupakan filter dan mekanisme dalam pengalaman sehari-hari remaja. Konsep diri dapat menunjukkan pada dua pilihan yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Remaja dengan segala pandangan dan keinginan yang sulit untuk dipahami oleh orang dewasa akan membentuk konsep diri yang tidak sesuai atau lebih kepada konsep diri negatif sehingga perilaku yang ditunjukkan lebih kepada hal-hal negatif atau berada dalam masa bermasalah. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu untuk menghargai diri dan lingkungannya, sedangkan konsep diri negatif akan membawa perilaku yang mengarah pada tindak kekerasan atau bullying.

Bullying atau perundungan merupakan kekerasan yang perlu dihindari di sekolah. Bullying tidak hanya dilakukan oleh sesama peserta didik saja namun dapat dilakukan oleh guru di sekolah. Kekerasan yang terjadi di sekolah sering terjadi dengan berbagai alasan. Bullying yang dilakukan dapat berbentuk kekerasan fisik dan non fisik. Di lingkungan sekolah guru dan orang tua menganggap bahwa saling meledek adalah hal yang lumrah terjadi atau wajar dilakukan. Awalnya orang tua dan guru menganggap bahwa hal tersebut sebagai hal yang lazim terjadi di sekolah , namun saat ini hal tersebut merupakan bentuk kekerasan atau bullying yang berupa serangkaian tindakan oleh satu atau lebih berdasarkan ketidakseimbangan kekuasaan.

Sebagian peserta didik berusaha menampilkan karakter diri dengan melakukan tindakan yang dianggap bercanda namun sebenarnya sedang melakukan tindakan bullying. Remaja kerap kali ingin diterima dalam kelompok sehingga tanpa disadari mereka melakukan tindak kekerasan atau bullying  di lingkungan sekolah. Kampanye anti perundungan atau bulliying yang dilakukan oleh UNICEF dan mitranya untuk pencegahan perundungan melalui program ROOTS Indonesia yang memiliki sasaran siswa usia remaja antara 13-15 tahun di wilayah Sulawasi Selatan, rata-rata perilaku perundungan menurun hingga 29% dan viktimisasi menurun hingga 20%. Sementara itu, pilot studi di Jawa Tengah menunjukkan hasil yang agak berbeda namun menarik, di sekolah pilot Jawa Tengah perilaku perundungan dan viktimisasi sedikit meningkat dibandingkan dengan baseline, karena terdapat peningkatan kesadaran di kalangan pelajar dan guru mengenai apa itu perundungan yang menyebabkan bertambahnya jumlah pelapor. Sementara itu sesuai dengan tugas-tugas perkembangan remaja selain program ROOTS perlu adanya pendampingan di sekolah melalui layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada pembentukan konsep diri positif.

Daftar Pustaka

Exit mobile version