Penerapan Project Based Learning dalam Pembelajaran Kimia

POTRET: Guru Kimia SMK Negeri 1 Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Lilis Sofiyatul Asna, S.Pd. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

POTRET: Guru Kimia SMK Negeri 1 Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Lilis Sofiyatul Asna, S.Pd. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

*Oleh: Lilis Sofiyatul Asna, S.Pd. Guru Kimia SMK Negeri 1 Jatiroto, Kabupaten Wonogiri

KIMIA merupakan mata pelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Kimia akan menjadi lebih bermakna apabila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun masih banyak peserta didik yang menganggap pelajaran Kimia itu sulit. Hal ini disebabkan karena sifat materi Kimia yang makroskopis, mikroskopis, dan simbolik sehingga sulit dipahami apabila belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran menggunakan model konvensional atau ceramah membuat sebagian peserta didik kurang berminat dalam belajar Kimia. Apalagi jika media yang digunakan kurang dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep Kimia. Oleh karena itu perlu adanya inovasi agar peserta didik memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran Kimia.

Salah satu inovasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia adalah penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok atau mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.  

Langkah langkah yang dilakukan dalam model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) antara lain sebagai berikut :

1. Fase pertanyaan mendasar

Pada fase ini guru menyampaikan topik dan mengajukan pertanyaan bagaimana cara memecahkan masalah, peserta didik mengajukan pertanyaan mendasar apa yang harus dilakukan peserta didik terhadap topik atau pemecahan masalah.

2. Fase mendesain perencanaan proyek

Pada fase ini guru memastikan setiap peserta didik dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur pembuatan proyek atau produk yang akan dihasilkan, peserta didik berdiskusi menyusun rencana pembuatan proyek pemecahan masalah meliputi pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media, dan sumber yang dibutuhkan.

3. Fase menyusun jadwal

Pada fase ini guru dan peserta didik membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan proyek (tahapan-tahapan dan pengumpulan), peserta didik menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan memperhatikan batas waktu yang telah ditentukan bersama. 

4. Fase memonitor keaktifan dan perkembangan proyek

Pada fase ini guru memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan, peserta didik mencatat setiap tahapan, mendiskusikan masalah yang muncul selama penyelesaian proyek dengan guru.

5. Fase penilaian hasil

Pada fase ini guru berdiskusi tentang prototipe proyek, memantau keterlibatan peserta didik, dan mengukur ketercapaian standar, peserta didik membahas kelayakan proyek yang telah dibuat dan membuat laporan produk atau karya untuk dipaparkan kepada orang lain.

6. Fase evaluasi pengalaman belajar

Pada fase ini guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan peserta didik merefleksi dan membuat kesimpulan, setiap peserta didik memaparkan laporan, peserta didik yang lain memberikan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan hasil proyek.

Contoh penerapan Project Based Learning (PJbL) dalam pembelajaran Kimia adalah membuat produk-produk seperti Virgin Coconut Oil (VCO), es krim, sabun, ecoprint dan lain sebagainya. Selain mengetahui peran Kimia dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik juga dapat memperoleh manfaat serta dapat mengajarkan peserta didik dalam kewirausahaan. Dengan penerapan Project Based Learning (PjBL) diharapkan dapat meningkatkan minat, aktivitas belajar, dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyana, Yoki, et.al. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Dirjen GTK. Kemendikbud

Exit mobile version