*Oleh: Sutipah, S.Pd.SD, Guru SD Negeri Bumimulyo 01 Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati
GURU sebagai pelaku pendidikan mempunyai tugas sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia agar terbebas dari buta teknologi. Terkait dengan hal tersebut, dalam kurikulum Sekolah Dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diberikan kepada siswa sebagai dasar untuk belajar tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi-materi sesuai dengan apa yang ada dalam kurikulum merupakan modal penting keberhasilan siswa (Nuryani Rustaman,2011:17).
Guru sebagai ujung tombak dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat berperan di masa yang akan datang dituntut untuk menjadi guru yang profesional. Kemampuan ini berkaitan erat dengan penelitian, yang dalam konteks ini ruang lingkupnya di kelas, yaitu penelitian di kelasnya sendiri. Sebelum perbaikan pembelajaran dari 25 siswa yang tuntas belajar 7 siswa atau 28% dan 18 siswa atau 72% belum tuntas, maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran siklus I.
Pada perbaikan pembelajaran siklus I menerapkan model pembelajaran model Numbered Head Together (NHT). Hasil evaluasi yang diperoleh dari 25 siswa ada 17 siswa atau 68% siswa yang tuntas belajar, sedangkan 8 siswa atau 32% siswa belum tuntas belajar. Nalai rata-rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibandingkan sebelum perbaikan pembelajaran ada peningkatan dari 58 menjadi 70,4.
Peneliti merefleksi sebab-sebab kegagalan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, ternyata pada perbaikan pembelajaran siklus I terdapat (a) Guru belum melibatkan siswa dalam pembelajaran dan sebagain siswa yang duduk dibelakang bermain sendiri. (b) Guru lebih aktif sendiri dalam pembelajaran dan belum memanfaatkan media disekitar siswa. Pada model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa yang pasif tidak perduli akan pembelajaran,malah bermain-main sendiri atau tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru sehingga berakibat kegagalan dalam pembelajaran. Dengan adanya siswa yang gagal dalam perbaikan pembelajaran siklus 1, maka penelitian masih perlu
Pada perbaikan pembelajaran siklus II menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan melibatkan seluruh siswa dan menggunakan media disekitar maka hasil evaluasi yang diperoleh dari 25 siswa ada 23 siswa atau 92% siswa yang tuntas belajar, sedangkan 2 siswa atau 8 % siswa belum tuntas belajar nilai rata – rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus II dibandingkan pada nilai rata-rata perbaikan siklus I ada peningkatan dari 70,4 menjadi 84,8 maka peneliti tidak melajutkan perbaikan pembelajaran siklus III dikarenakan nilai rata-rata kelas sudah mencapai ketuntasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA yang dilakukan selama dua siklus pada materi sifat-sifat bunyi dan keterkaitan dengan indera pendengarandi kelas IV SD Negeri Bumimulyo 01 Kecamatan Batangan Kabupaten dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tentang materi sifat-sifat bunyi dan keterkaitan dengan indera pendengaran (2) Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar materi sifat-sifat bunyi dan keterkaitan dengan indera pendengaran dengan kenaikan prosentase yang signifikan dari sebelum perbaikan sampai dengan perbaikan pembelajaran siklus II yaitu dari 28% , menjadi 68% kemudian 92% begitu juga dalam kenaikan nilai rata-rata mengalami peningkatan dari 58 menjadi 70,4 kemudian 84,8.