Pendekatan Problem Based Learning Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas I  

Guru SDN Ngemplak Kidul 02, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Sugiharti. (Dok. Pribadi/Lingkarjateng.id)

Guru SDN Ngemplak Kidul 02, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Sugiharti. (Dok. Pribadi/Lingkarjateng.id)

*Oleh: Sugiharti, Guru SDN Ngemplak Kidul 02, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati

PEMBELAJARAN merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Susanto (2016: 18) pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Agar pembelajaran berlangsung efektif, guru memiliki peran yang sangat penting. Guru tidak hanya berfungsi sebagai sumber ilmu, tetapi juga harus berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pengembangan minat peserta didik dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. Susanto (2016: 18) Guru profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya. Guru profesional telah menjadi bagian penting dalam meningkatkan sebuah pendidikan terutama dalam mencerdaskan generasi bangsa ini. Pendidikan sejatinya dapat ditempuh melalui pendidikan informal maupun nonformal.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran suatu proses, untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar  suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak

Problem Based Learning atau yang lebih dikenal dengan PBL adalah suatu model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar.

Menurut Rusman (2012:241) problem based learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

  1. belajar dimulai dengan suatu permasalahan,
  2. memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik,
  3. mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu,
  4. memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada peserta didik dalam mengalami secara langsung proses belajara mereka sendiri,
  5. menggunakan kelompok kecil
  6. menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance).

Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan.

Menurut Slameto (2011:7)  model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hosnan (2014:295) mengemukakan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Langkah-langkah Problem Based Learning menurut Sugiyanto (2018:140- 141) ada 5 tahapan yang harus dilakukan dalam PBL, yaitu:

  1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.
  2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti.
  3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok.
  4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil.
  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Endang (2011:221) menyebutkan ada 4 langkah dalam proses pembelajaran berbasis masalah yaitu:

  1. guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan,
  2. guru menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pemecahan masalah,
  3. guru membantu siswa menyusun laporan hasil pemecahan masalah yang sistematis,
  4. guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi proses-proses yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada prasiklus hanya mencapai rata-rata 61,15 dan tingkat ketuntasan persentase 38,46% kemudian pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 73,84 dengan tingkat ketuntasan 65,38% dan pada siklus II mencapai rata-rata 86,53 dan tingkat ketuntasan 92,30%. Masing-masing kenaikan antar siklus yaitu: dari prasiklus ke siklus I rata-rata kelas meningkat 12,69 dan tingkat ketuntasan menjadi 26,92%, sedangkan dari siklus I ke siklus II rata-rata kelas meningkat 12,69 dan tingkat ketuntasan meningkat 26,92%. Jadi kenaikan hasil belajar siswa dari prasiklus hingga siklus II yaitu 53,84%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan problem based learning pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa Kelas I.

Exit mobile version