Lingkarjateng.id – Belakangan ini tren slow living tengah mencuat menjadi topik pembicaraan. Apalgi baru-baru ini aktris 90an Lulu Tobing yang mengaku tidap memiliki ambisi dan enggan berkompetisi serta menjalani hidup dengan mengikuti alur. Pengakuan Lulu Tobing seolah bertolak belakang dengan hustle culture yang terjadi saat ini.
Gaya hidup slow living merupakan antitesis dari hustle culture. Slow living adalah tentang mengurangi kecepatan, menikmati momen, dan hidup dengan lebih sadar. Mengadopsi gaya hidup ini dapat membantu kita menemukan kedamaian, mengurangi stres, dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
Meski gaya hidup slow living belum terlalu digaungkan, namun belakangan ini semakin populer. Berikut adalah beberapa langkah untuk memulai gaya hidup slow living:
1.Refleksi dan Evaluasi
Langkah pertama memulai gaya hidup slow living adalah merenungkan bagaimana kehidupan yang kita jalani saat ini. Evaluasilah rutinitas, kegiatan, dan prioritas kita. Kemudian pertimbangkan apakah kita benar-benar menikmati setiap aspek kehidupan kita atau apakah kita terjebak dalam kebiasaan tanpa merenungkannya.
2.Membuat Prioritas
Pertimbangkan nilai-nilai apa yang penting bagi kita. Apakah itu keluarga, kesehatan, waktu untuk diri sendiri, atau kesempatan untuk menghargai alam? Identifikasi nilai-nilai dalam kehidupan ini akan membantu kita menentukan apa yang sebenarnya penting dalam hidup kita dan menetapkan prioritas.
Kita bisa menyusun gaya hidup yang lebih bermakna dan menyesuaikan dengan apa yang paling dianggap berharga dalam hidup.
3.Rencanakan Waktu Luang
Salah satu kunci dari gaya hidup slow living adalah memberi diri kita waktu untuk bersantai dan menikmati momen. Rencanakan waktu luang di tengah kesibukan, dan gunakan waktu tersebut untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan yang bersifat relaksasi, seperti membaca, berjalan-jalan di alam, atau bermeditasi.
4.Kurangi Ketergantungan pada Teknologi
Teknologi dapat menjadi salah satu pemicu kehidupan yang cepat dan sibuk. Cobalah untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi, seperti mengurangi waktu layar dan berhenti memeriksa media sosial terlalu sering. Alihkan perhatian pada dunia nyata dan hubungan yang lebih berarti.
5.Menyederhanakan Hidup
Slow living bukan berarti pelit terjadap diri sendiri tetapi mengurangi keinginan untuk memiliki banyak hal dan barang-barang yang tidak diperlukan. Sederhanakan kehidupan kita dengan memiliki barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan yang memberi kita kebahagiaan. Pertimbangkanlah sebelum membeli sesuatu agar tidak hanya menuruti lapar mata.
6.Jalan Kaki atau Bersepeda
Coba tinggalkan kendaraan bermotor dan berjalan kaki atau bersepeda ketika memungkinkan. Selain lebih ramah lingkungan, kegiatan berjalan kaki maupun bersepda juga memberikan kesempatan untuk menikmati alam dan lingkungan sekitar dengan lebih dekat.
7.Latihan Mindfulness
Pelajari dan latihlah kesadaran atau mindfulness. Dengan menjadi lebih sadar akan momen yang sedang kita alami, kita bisa lebih menghargai kehidupan dan menikmati setiap detiknya.
8.Jangan Terburu-Buru
Jangan terburu-buru dalam melakukan segala sesuatu. Berikan diri kita waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas dan kegiatan, sehingga kita dapat melakukan semuanya dengan lebih hati-hati dan efisien.
9.Keluar dari Zona Nyaman
Cobalah untuk keluar dari zona nyaman kita dan mencoba hal-hal baru. Menghadapi tantangan dan memperluas pengalaman hidup kita akan membuat hidup lebih berarti dan menarik.
Gaya hidup slow living bukanlah tentang menghambat atau menghindari tanggung jawab. Sebaliknya, ini tentang hidup dengan penuh kesadaran dan menghargai setiap momen yang kita alami. Dengan mengadopsi gaya hidup slow living, kita dapat mencapai keseimbangan dan kebahagiaan yang lebih dalam hidup kita. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)