*Oleh: Muammar Muchsin, S.Pd.SD SDN Ngawen 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati
PENDIDIKAN merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2011:65).
Berdasarkan identifikasi masalah pembelajaran yang terjadi di SD Negeri Ngawen 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati dari peneliti bersama kolaborator melakukan refleksi selama pembelajaran awal semester 1 tahun pelajaran 2023/2024 menunjukkan rendahnya kualitas pembelajaran. Hasil refleksi didapatkan permasalahan dalam pembelajaran yaitu siswa kurang berkonsentrasi, siswa tidak merespon pertanyaan dari guru, siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi, siswa mengalami kesulitan dalam penguasaan materi, siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, dan siswa malas mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan.
Permasalahan tersebut disebabkan karena guru kurang menguasai kelas, pembelajaran lebih berpusat pada guru, guru sudah menggunakan media akan tetapi belum inovatif sehingga siswa lebih cenderung pasif, penggunaan variasi kurang berakibat kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, manajemen kelompok dari guru yang kurang baik menyebabkan pembelajaran berlangsung tidak kondusif, pembelajaran kurang efektif karena materi banyak tidak sebanding dengan waktu yang terbatas.
Rendahnya hasil belajar siswa kelas II SDN Ngawen 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati memperkuat permasalahan pembelajaran, analisis data kuantitatif yang diperoleh bersama kolaborator berupa data dokumen hasil belajar ulangan harian semester ganjil tahun pelajaran 2023/2024 ditunjukkan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar siswa, sebanyak 57,1% atau 8 siswa dari 14 siswa mendapat nilai dibawah KKM dan 42,9 % atau 6 siswa dari 14 siswa telah mendapat nilai diatas KKM.
Ada berbagai model untuk membelajarkan siswa sesuai dengan gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai optimal. Menurut Suprijono (2018:45-46) model pembelajaran merupakan pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan menurut Trianto (2017:52) menjelaskan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman sebagai pedoman tujuan.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan, tahap-tahap dalam kegiatan, lingkungan, dan pengelolahan kelas (dalam Suprijono, 2018:45).
Quantum Teaching and Learning pertamakali dikembangkan oleh Bobbi DePorter mulai dipraktekkan pada tahun 1992. Quantum Teaching and Learning mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (DePorter, 2019:32).
Menurut Wena (2019:160) model pembelajaran Quantum Teaching and Learning merupakan cara baru memudahkan proses belajar, memadukan unsur seni dan pencapaian terarah, untuk segala mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas dengan model Quantum Teaching and Learning memaksimalkan interaksi antara guru, siswa, suasana maupun sarana fisik yang ada di dalam kelas untuk melejitkan prestasi belajar (Deporter, 2019:34).
Quantum Teaching and Learning diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti multiple intelegences dan cooperative learning (Wulandari, 2018).Quantum Teaching and Learning merangkaikan segala yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan, dan koompatibel dengan otak, meningkatkan kemampuan guru untuk merangsang anak berprestasi. Quantum Teaching and Learning membuat belajar menjadi bermakna (meaningful) jika informasi yang hendak dipelajari disusun sesuai kemampuan kognitif siswa, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang dimiliki. (Ala, 2019:18)
Pada pembelajaran siklus I peneliti melalui quantum teaching and learning, berdasarkan pembagian kelompok tanpa membedakan tingkat kecerdasan siswa, pada akhir siklus I siswa mengalami peningkatan ketuntasan dari pra siklus ketuntasan siswa 42,85% atau 6 siswa dan pada siklus I ketuntasan siswa 64,29% atau 9 siswa.
Pada pembelajaran siklus II melalui quantum teaching and learning berdasarkan pembagian kelompok dengan membedakan tingkat kecerdasan dan melibatkan seluruh siswa secara langsung dalam pembelajaran pada akhir siklus II ketuntasan siswa mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari siklus I ketuntasan siswa 64,29% atau 9 siswa dan pada siklus II ketuntasan siswa 100% atau semua siswa tuntas dengan hasil yang memuaskan, maka peneliti tidak melanjutkan siklus berikutnya.
Hasil analisis dan pembahasan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari pra siklus sebesar 42,85%; siklus I sebesar 64,29%; siklus II sebesar 100%, selain itu peningkatan juga terjadi pada aktifitas guru dan siswa yang dapat dilihat dari hasil observasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran quantum teaching and learning aktivitas dan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Ngawen 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati dapat ditingkatkan.