Menguatkan Karakter melalui Membaca Cerpen

POTRET: Guru Bahasa Indonesia di SMP Islam Yawapi Bojong, Pekalongan, Arif Budiman., S.Pd. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

POTRET: Guru Bahasa Indonesia di SMP Islam Yawapi Bojong, Pekalongan, Arif Budiman., S.Pd. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

*Oleh: Arif Budiman., S.Pd. Guru SMP Islam Yawapi Bojong, Pekalongan, Jawa Tengah

PENDIDIKAN karakter sebagai suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik, di mana di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter erat kaitannya dengan pendidikan moral, dimana tujuannya adalah membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus menerus untuk kea rah yang lebih baik.

Menurunnya karakter peserta didik dapat dilihat dari menurunnya sopan santun terhadap guru di sekolah. Salah satu faktor inilah yang dijadikan pedoman guru sebagai pendidik untuk menanamkan pendidikan karakter. Penanaman pendidikan karakter tentunya sudah terlaksana melalui mata pelajaran yang diajarkan, namun masih memerlukan penguatan. Dalam hal ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya kelas IX. Pelajaran bahasa Indonesia kelas IX semester gasal terdapat materi membaca cerpen. Melalui materi inilah yang diharapkan mampu menguatkan karakter peserta didik dengan cara memperbanyak membaca cerpen.

Cerita pendek menurut Priyanti  (2010:126) yaitu salah satu bentuk karya fiksi. Sesuai dengan namanya, cerpen ini memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik itu peristiwa yang diungkapkan, jumlah pelaku yang terdapat pada ceritanya, isi cerita, dan jumlah kata yang dipakai. Perbandingan ini berkaitan dengan bentuk prosa lain, yakni novel. Cerpen memiliki unsur intrinsic pembentuk cerpen, seperti penokohan atau karakter, plot (alur), dan latar yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks. Sebagai cerita fiksi, diharapkan cerpen dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi anak yang memang masih dalam proses menemukan persona diri. Sebab cerita dalam cerpen menampilkan tokoh dengan karakter yang kemungkinan besar akan mempengaruhi kepribadian peserta didik.

Penulis sebagai pengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Islam Bojong mencoba memberikan tugas pada peserta didik  untuk membaca cerpen. Cerpen yang dibaca oleh peserta didik sumbernya beragam, ada yang meminjam di perpustakaan sekolah, ada juga yang mencari sendiri di internet. Setiap peserta didik setelah membaca cerpen harus menuliskan beberapa karakter atau watak tokoh. Contoh hasil dari peserta didik adalah karakter tokoh aku dalam cerpen yang berjudul Sebuah Mimpi dan Cita-cita karya Raden Putri, si tokoh aku yang dipaksa ayahnya untuk menjadi seorang dokter atau mengambil jurusan teknik pertambangan, namun tokoh aku punya tekad dan pendirian sendiri bahwa tokoh aku ingin membuat keluarganya  bahagia, akan tetapi dengan jalannya sendiri, dan tokoh aku yakin pasti bisa. Watak tokoh yang ditulis oleh peserta didik tentunya watak tokoh protagonis. Karena watak tokoh protagonis inilah yang sekiranya mampu memberikan motivasi dan inspirasi contoh tauladan yang baik terhadap peserta didik.

Setiap penokohan watak yang ditulis oleh peserta didik harus dapat dipertanggungjawabkan oleh peserta didik sendiri, dengan cara mengajukan pertanyaan apakah watak tokoh tersebut dapat memberikan contoh yang baik bagi peserta didik. Ternyata dari pertanyaan ini, peserta didik mampu menjawab dan mengetahui bahwa karakter atau watak tokoh yang ia tulis adalah baik, mampu memberikan inspirasi atau tauladan bagi dirinya, tidak merugikan orang lain, sopan kepada siapapun, saling menghormati terhadap sesama maupun terhadap orang yang lebih tua. Namun, dalam kenyataannya peserta didik SMP Islam Bojong belum mencapai karakter atau watak seperti yang mereka tulis.

Berdasarkan pengalaman ini, penulis mencoba sedikit mengubah karakter peserta didik melalui kegiatan penguatan karakter dengan memperbanyak membaca cerpen inspiratif dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengubah karakter tentunya tidak mudah, namun dapat dilakukan dengan mengubah kebiasan-kebiasan. Melalui watak tokoh protagonis yang telah ditulis peserta didik harus dipraktikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun sekolah. Hasilnya, setelah beberapa minggu mempraktikkan karakter baik tokoh protagonis dalam kehidupan nyata, terdapat perubahan sikap pada peserta didik, hal itu terlihat dari kebiasaan perilaku dan ucapan yang dilakukan sehari-hari. Perubahan ini tentunya menjadi hal yang positif bagi perkembangan karakter yang secara langsung dirasakan di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.

Exit mobile version