Lingkarjateng.id – Kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya melalui lagu, membuat Mursyidah jatuh cinta pada dunia musik. Menurutnya, bernyanyi dapat sedikit mengurangi beban fikiran atau istilah kerennya, self healing.
Dara manis yang kerap disapa Momo tersebut mengaku mulai menyukai musik sejak kecil. “Setidaknya dengan bernyanyi membuatku dapat melepas penatdan kegalauan. Jadi terkadang apa yang saya nyanyikan, itu yang mewakili perasaan saya,” ujarnya.
Namun demikian, jalan yang harus dilaluinya untuk menjadi penyanyi tidaklah mudah. Ia mengaku, dulu kerap dilarang ayahnya untuk bernyanyi. Meski begitu, perlahan tapi pasti, ia sanggup menyakinkan ayahnya, sekaligus mendapat restu untuk terus bernyanyi.
Mengenal Pujiono, Ahli Craft yang Sulap Kertas Koran Bekas Jadi Kerajinan Estetik
Lebih lanjut, Momo mengungkapkan, banyak tawaran untuk menjadi vokalis pada beberapa band sekolahnya dulu, namun larangan sang ayah ia akui sedikit menghambat karirnya. Hingga ketika ia duduk dibangku kuliah, untuk pertama kalinya ia bernyanyi di depan umum dalam acara Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (Fasbuk).
“Pertama kali manggung pas acara Fasbuk di kampus, awal-awal kuliah. Awalnya grogi sih, tapi sekarang sudah mulai terbiasa,” ujarnya.
Meski terhitung jarang mengikuti festival, namun kualitas suara gadis kelahiran Kudus, 28 Juli 1998 tersebut tak perlu diragukan lagi. Dengan suara lembut nan khas, membuat banyak band tak ragu untuk memberi tawaran sebagai vokalis band mereka, atau hanya sekedar mengisi kekosongan sang vokalis ketika manggung di kafe maupun acara wedding.
Mengenal Melinda Yustitia Fahma, Berhasil Jaga Profesionalisme dalam Bekerja dan Berkegiatan Sosial
Ia mengaku cukup puas karena telah dapat menyalurkan hobi bernyanyinya tersebut. Karena dengan bernyanyi, ia dapat dengan leluasa berekspresi. “Because music is my mood,” tutupnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)