KUDUS, Lingkarjateng.id – Melihat tradisi jelang Ramadan di masing-masing daerah, sangatlah menarik. Hampir di setiap daerah, punya tradisi tersendiri untuk mengekspresikan sukacita menyambut bulan penuh hikmah ini. Salah satunya yang tak ketinggalan, yakni Tradisi Tabuh Bedug Blandrangan di Kawasan Menara Kudus.
Tradisi ini merupakan agenda rutin setiap tahun sebagai tanda bahwa keesokan harinya sudah memasuki Bulan Ramadan. Dalam tradisi ini, sejumlah orang berpakaian putih, bersarung dan mengenakan ikat kepala menabuh bedug di atas Menara Kudus. Tabuhan bedug itu pun diiringi dengan bacaan sholawat.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) EM Najib Hasan menjelaskan, tradisi Tabuh Beduk Blandrangan itu sudah ada sejak lama. Jika dulu tradisi ini hanya menabuh bedug saja, kini dalam tradisi ini dikemas lebih menarik.
Saat ini, tradisi Tabuh Bedug ini juga diikuti oleh warga di sekitar Menara Kudus. Yakni dengan melakukan doa bersama, ziarah Makam Sunan Kudus, dan makan bersama.
Masjid Agung Demak Adakan Tradisi Megengan, Dinas Pariwisata Tidak Ikut Serta
Saat tradisi Tabuh Bedug Blandrangan dilangsungkan, di area menara terdapat berbagai hidangan khas Kudus yang disajikan. Di antaranya: soto, puli kotokan, pecel menitran, dan intip ketan.
“Sebelumnya sekian lama hanya nabuh beduk saja. Baru beberapa tahun lalu mulai didokumentasikan dan dikemas lebih menarik lagi. Sekarang ada ziarah bareng, dan makan kuliner khas bareng, biar nampak indah. Ini menjadi pestanya warga sekitar,” jelasnya.

Menurut Najib, Menara Kudus memang berfungsi untuk mengumandangkan adzan, serta mengumumkan agenda penting keagamaan, seperti datangnya Ramadan.
“Saya tidak berani memastikan apakah ini tradisi dari Sunan Kudus atau tidak. Tapi memang saat saya kecil sudah ada,” ucapnya.
Dirinya juga menjelaskan bahwa tradisi Tabuh Bedug Blandrangan berbeda dengan Dhandhangan. Kalau Dhandhangan merupakan inisiatif masyarakat yang menunggu waktu dimulainya bulan puasa, sementara Blandrangan merupakan pengumuman dimulainya awal bulan Ramadan.
Tradisi Dhandangan Kudus Kembali Ditiadakan
“Berbeda, kalau Dhandhangan itu inisiatif masyarakat untuk menunggu datangnya bulan Ramadan dengan ramai menjual suvenir. Tapi kalau Tabuh Beduk Blandrangan itu sebagai tanda masuknya awal Ramadan. Sehingga Blandrangan itu bisa dilakukan jika awal puasa sudah dipastikan besoknya,” ujarnya.
Tak hanya warga di sekitar Menara Kudus saja yang antusias dengan gelaran ini. Warga dari daerah sekitar juga tertarik untuk menyaksikan tradisi Tabuh Bedug Blandrangan.
Dyah Ayu, warga Desa Nganguk juga mengaku antusias dengan adanya tradisi ini. Ia menuturkan, setiap menjelang bulan Ramadan, dirinya selalu datang ke Menara Kudus untuk menyaksikan tradisi Tabuh Bedug.
“Tradisi ini bagus, saya juga selalu ke sini setiap tahunnya karena ingin menyaksikan Tabuh Bedug Blandrangan,” ungkapnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)