Kisah Adipati Pragolo I, Putra Ki Ageng Penjawi Bupati Pati

POTRET: Pintu masuk makam Wasis Joyokusumo atau Adipati Pragolo I di Gunung Pati Semarang. (YT Khazanah Semestas/Lingkarjateng.id)

POTRET: Pintu masuk makam Wasis Joyokusumo atau Adipati Pragolo I di Gunung Pati Semarang. (YT Khazanah Semestas/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Salah satu Adipati di Pati (Kabupaten Pati zaman dulu), Ki Ageng Penjawi memiliki putra bernama Wasis Jayakusuma berjuluk Adipati Pragola I.

Julukan Pragola sendiri didapat Wasis Jayakusuma dari Panembahan Senopati. Konon, Panembahan Senopati tertarik dan ingin menukarkan sapi kesayangannya bernama Pragola dengan kuda milik Wasis Jayakusuma yang terkenal mempunyai kecepatan di atas rata-rata kuda umumnya.

Adapun Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati, sebetulnya memiliki kedekatan dengan Adipati Pragola I. Sebab ayah dari Sutawijaya, Ki Ageng Pamahanan dulunya merupakan saudara seperjuangan sekaligus saudara angkat Ki Ageng Penjawi. Selain itu, kakak perempuan Adipati Pragolo I yang bernama Wakitajawi menikah dengan Sutawijaya hingga melahirkan Mas Jolang.

Pada tahun 1587, Sutawijaya mendirikan Kesultanan Mataram. Sebagai raja pertama, Sutawijaya dianugerahi gelar Panembahan Senopati. Sementara Wasis Jayakusuma menggantikan ayahnya, Ki Ageng Penjawi, sebagai Bupati Pati bergelar Pragola I. Sedangkan kakak perempuannya yang dipersunting Panembahan Senopati diangkat menjadi permaisuri bergelar Ratu Mas, dan anak mereka Mas Jolang sebagai putra mahkota.

Sebelum adanya perselisihan, antara Pati dan Mataram memiliki hubungan yang harmonis. Bahkan pada tahun 1590, Pragola membantu Mataram menaklukan Madiun yang dipimpin Rangga Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggono Demak). Penaklukan tersebut membuahkan hasil, Rangga Jemuna pergi melarikan diri ke Surabaya meninggalkan prutrinya yang bernama Retno Dumilah.

Namun sayang, Panembahan Senopati tergoda untuk menjadikan Retno Dumilah sebagai permaisuri kedua. Mengetahui niat Panembahan Senopati itu, Pragola I sakit hati. Ia khawatir kedudukan kakaknya akan terancam. Dirinya juga menganggap perjuangan Panembahan Senopati sudah tidak murni lagi.

Akhirnya pada tahun 1600, Pragolo I melakukan penaklukan di wilayah sebelah utara Pegunungan Kendeng. Untuk mengatasi perselisihan Pragolo I, Panembahan Senopati mengirim Mas Jolang beserta pasukannya. Kedua pasukan itu pun bertemu di dekat Prambanan.

Menyadari bahwa dirinya berhadapan langsung dengan keponakannya, Adipati Pragola menolak untuk melawan Mas Jolang. Ia meminta Mas Jolang untuk membawa langsung Panembahan Senopati berduel dengannya.

Akan tetapi, Mas Jolang tetap bersikeras melawan pamannya itu. Suasana terlanjur tegang, Adipati Pragola mencari ide untuk mengurungkan niat Mas Jolang melawan dirinya.  Ia pun menggunakan cara memukulkan gagang tombak, namun sayang justru senjata itu mengenai pelipis Mas Jolang hingga berdarah.

Mengetahui anaknya terluka, Ratu Mas sempat merelakan kematian Adipati Pragola. Meski demikian, Adipati Pragola tak berharap adanya pertumpahan darah. Akhirnya, dirinya memilih mundur lalu membuat pertahanan di wilayah Gunung Pati Semarang sampai akhir hayatnya.

Namun dalam versi lain, menurut Sejarawan Pati Ragil aryo Yudiartanto, perselisihan tersebut berasal dari Panembahan Senopati Kerajaan Mataram.

“Dalam versi babad Pati kita yang diserang Mataram, tapi sebaliknya di dalam Babad Tanah Jawi Pati yang menyerang Mataram,” katanya dikutip Lingkar TV.

Kala itu, Pati sebagai pihak yang kalah. Hingga pada perselisihan kembali era Adipati Pragola II, para trah keturunan Ki Ageng Penjawi dinetralisir hingga anak cucu generasi seterusnya untuk tidak memiliki semangat melakukan perlawanan terhadap pihak Mataram waktu itu. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version