PATI, Lingkarjateng.id – Hesti Dwi Rahmasari telah jatuh cinta dengan kegiatan menanam mangrove sejak lama. Meskipun ia tahu, dirinya banyak berjibaku dengan hawa panas serta kotornya lumpur, namun hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk ikut serta dalam menanam mangrove.
Dara manis asal Tayu, Kabupaten Pati itu mengaku, dirinya mulai gemar menanam mangrove saat memasuki dunia perkuliahan. Kegemarannya sendiri dimulai saat mengikuti organisasi mahasiswa yang memiliki program kerja tanam mangrove.
Hesti, setidaknya sudah mengikuti kegiatan tanam mangrove di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Pati dari Desa Kerto Mulyo, Tunjung Rejo, Banyu Towo hingga yang terakhir di Desa Pohijo.
PT PLN Tanam 6.500 Mangrove di Area Wisata Pasar Banggi-Rembang
Meski terlihat kotor dan panas, menanam mangrove menjadi bukti kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Tidak berhenti di sana, dari menanam mangrove inilah dirinya sering mendapatkan teman baru.
“Kalau aku sendiri sih seru, terus dapat temen juga dan lebih kenal terhadap lingkungan. Setiap ada tanam pohon jadinya ikut terus, ” papar gadis kelahiran 21 Agustus 2001 tersebut.
Disinggung terkait suka dukanya saat menanam mangrove, dirinya mengatakan sempat kecewa dengan proses pertumbuhan mangrove yang sulit. Belum lagi, adanya ombak besar yang mengganggu keberlangsungan hidup mangrove. Sehingga presentase peluang hidup mangrove terbilang kecil.
Mengenal Sururi, Profesor Mangrove Penjaga Pesisir Semarang
Namun, dari fakta tersebut, Hesti justru semakin giat menanam dan merawat mangrove agar tetap hidup dan tumbuh subur.
Tidak hanya untuk dirinya saja. Hesti bahkan mendorong generasinya untuk turut serta menanam mangrove. Menurutnya, menanam mangrove memiliki banyak manfaat bagi masa depan bumi.
“Diikuti lah. Tidak seburuk yang kita kira. Berani kotor itu baik, lho. Jangan takut mencoba hal baru,” pesannya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)