Bahaya Penyakit Rabies pada Manusia, Berikut Gejala, Penanganan, dan Pencegahannya

ILUSTRASI: Hewan peliharaan anjing yang terjangkit virus rabies dimana dapat menular ke manusia. (Freepik/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Hewan peliharaan anjing yang terjangkit virus rabies dimana dapat menular ke manusia. (Freepik/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Penyakit rabies tidak hanya menyerang hewan tapi juga dapat menjalar ke manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Jika menyerang manusia, penyakit rabies dapat menimbulkan beberapa gejala umum seperti kondisi tubuh lesu, demam, dan sakit tenggorokan, serta nyeri.

Beberapa gejala tersebut jika tidak segera mendapatkan penanganan medis, maka akan menimbulkan gangguan sensoris pada tubuh seperti rasa panas di lokasi gigitan, kesemutan, gangguan saraf seperti berkeringat, pupil membesar, dan air mata menetes.

Menurut Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, SpA(K), DTM&H, MCTM, gangguan lain yang dirasakan penderita penyakit rabies adalah timbul gejala hydrophobia, yakni takut terhadap air, udara, dan cahaya.

“Kalau kena air atau udara, rasanya seperti tercekik. Bila berlanjut terus akan sulit bernapas,” katanya dikutip dari Antaranews.com.

Adapun gejala rabies pada hewan anjing peliharaan secara kondisi fisik yaitu air liur berlebihan, hidung kering, dan ekor yang tertekuk di antara kedua kaki belakang. Selain itu, perilaku anjing cenderung sering menghindar, mudah terkejut, dan tidak patuh, tidak memiliki hasrat untuk makan dan minum, berperilaku sangat liar dengan menggigiti benda-benda mati.

Bahkan peliharaan anjing yang terkena virus rabies biasanya mengalami fotophobia atau takut terkena cahaya matahari. Hingga lebih parahnya, virus rabies akan menyebabkan peliharaan menjadi lumpuh dan kematian dalam waktu 10-14 hari.

Penanganan dan Pencegahan Penyakit Rabies

Apabila seseorang terkena gigitan hewan yang terindikasi terjangkit virus rabies, maka disarankan untuk segera mencuci luka dengan sabun dan air selama 15 menit. Kemudian segeralah melapor ke Puskesmas, rumah sakit atau Rabies Center untuk mendapatkan penanganan medis seperti pemberian vaksin atau serum anti-rabies.

“Saat ada orang tergigit, penanganannya harus tetap tenang. Cuci luka dengan air sabun atau detergen di bawah air mengalir selama 10-15 menit supaya virus ikut terbawa keluar,” jelas Novie.

Menurut Novie, penanganan tersebut akan mengurangi jumlah virus rabies dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

Selain itu, untuk mencegah penyebaran virus rabies, usahakan hewan peliharaan seperti anjing atau kucing tetap dalam kondisi sehat serta rutin melakukan vaksinasi.

Penyakit rabies sendiri sudah menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, terdapat lebih dari 31.113 kasus rabies dan 11 kasus kematian di Indonesia sepanjang tahun 2020 hingga April 2023. Dari jumlah tersebut, 95 persen kasus rabies disebabkan oleh gigitan anjing, sedangkan 40 persen kasus rabies terjadi pada anak-anak.

Untuk menangani permasalahan Gigitan Hewan Penular Rabies (GPHR), pemerintah telah menyiapkan strategi eliminasi “Rabies One Health 2030” dengan target seluruh kabupaten dan kota endemis. Capaian strategi ini hingga 2022, telah mencapai 84 persen kabupaten/kota endemis eliminasi rabies.

Diantaran strategi empat skema utama, yaitu:

1. Pencegahan

Skema pencegahan mencakup pengendalian rabies pada faktor risiko (vaksinasi massal hewan penular rabies), profilaksis pra-pajanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, pemberdayaan masyarakat lewat Tim Siaga Rabies (TISIRA), dan penguatan koordinasi, kolaborasi, serta komunikasi lintas-sektor One Health.

2. Surveilans

Pemerintah melakukan integrasi lintas sektor, berbagi informasi hasil laboratorium Kesehatan Hewan kepada sektor Kesehatan Masyarakat, penguatan rencana kesiapsiagaan dan respons wabah, serta penguatan sistem informasi terpadu lintas-sektor.

3. Penanganan kasus

Strategi eliminasi rabies meliputi profilaksis pasca-pajanan pada kasus GHPR, pemenuhan kebutuhan vaksin dan serum anti-rabies, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk tatalaksana kasus GHPR, peningkatan akses pelayanan lewat Rabies Center, serta Manajemen Tatalaksana Kasus Gigitan Terpadu lintas-sektor (TAKGIT).

4. Promosi kesehatan

Melingkupi kampanye cuci luka gigitan hewan penular rabies secara mandiri oleh masyarakat, panduan memelihara hewan penular rabies dengan benar, serta pemanfaatan media informasi dan media sosial untuk sosialisasi rabies.

Meskipun rabies menimbulkan risiko kematian cukup tinggi, namun penyakit ini tetap dapat dicegah. Mengingat jumlah kasus anak-anak yang digigit oleh hewan terpapar rabies cukup meningkap. Walaupun begitu, sejuah ini belum ada laporan adanya kasus kematian pada anak-anak. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version