SEMARANG, Lingkarjateng.id – Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, mengusulkan adanya musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) pariwisata untuk mengembangkan desa wisata yang dirancang secara khusus dan partisipatif.
Agustina menuturkan bahwa perlu ada sebuah rapat kerja antara Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan kepala desa wisata dan kepala kelompok sadar wisata (pokdarwis) untuk menentukan agenda apa saja yang akan dilakukan di tahun 2026, khususnya di bidang pariwisata.
“Kalau ada musrenbang pembangunan kenapa tidak kita buat musrenbang untuk pariwisata. Nanti kita agendakan rapat kerja dengan kelompok sadar wisata dan desa wisata untuk menentukan event yang ada di Kota Semarang,” katanya saat menghadiri acara Sesaji Rewanda di Goa Kreo, Gunungpati, Kota Semarang, pada Sabtu, 12 April 2025.
Dalam kesempatan itu, Agustina mengaku ingin membawa Semarang menjadi kota pariwisata. Oleh karena itu, ia mendukung Goa Kreo menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang.
“Goa Kreo ini adalah permata yang terpendam. Jika kita mengasahnya, ini akan berkilau dan menjadi sesuatu yang akan dilirik. Kita sebenarnya sudah bersiap, sudah ada amphitheater dan pernah ada orkestra,” katanya.
Namun, Agustina menyoroti perlunya peningkatan akses jalan masuk menuju Goa Kreo. Karena itu, pihaknya menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Disperkim untuk aware dan segera menindaklanjuti infrastruktur di sana.
“Nanti kita perbesar jembatan dan tingkatkan akses jalan masuk supaya amphitheater-nya juga dilirik. Amphitheater berdiri sendiri tanpa penunjang fasilitas tentu ini akan mempersulit teman-teman seniman yang akan menggunakannya,” tegasnya.
Sesaji Rewanda sendiri menjadi ruang refleksi untuk mengingat pentingnya harmoni antara manusia dan alam.
Agustina juga menyampaikan bahwa acara budaya tahunan tersebut bukan sekadar tontonan, melainkan wujud syukur, pelestarian sejarah, dan pengingat tentang hubungan manusia dengan lingkungan.
“Sesaji Rewanda adalah simbol hormat manusia kepada alam. Simbol syukur, kebersamaan, dan pengingat bahwa membangun peradaban itu tidak pernah sendiri. Manusia bersama tumbuhan, hewan, air, udara, semua ciptaan Tuhan kita syukuri,” pungkasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)