JEPARA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara menyelenggarakan pertemuan dengan Dewan Kesenian Daerah (DKD) dalam upaya memperkuat kualitas dan daya saing seni tari lokal di Ruang Kerja Bupati pada Kamis, 17 April 2025.
Bupati Jepara, Witiarso Utomo, menekankan pentingnya menjadikan seni tari dan kesenian budaya lokal sebagai bagian dari ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
“Kita harus menjadikan kesenian daerah sebagai bagian dari ekosistem ekonomi kreatif. Penari tidak hanya menyalurkan hobi, tetapi juga harus mendapatkan penghasilan dari seni,” kata Mas Wiwit, sapaan akrabnya.
Ia menambahkan bahwa Pemkab Jepara akan menyediakan fasilitas dasar seperti panggung, lokasi, dan pelatihan bagi para pelaku seni.
Namun, ia juga menekankan bahwa kreativitas komunitas tari menjadi kunci utama dalam menciptakan daya tarik bagi wisatawan dan peluang ekonomi.
Sebagai langkah konkret, rencana pembangunan pusat potensi unggulan di setiap kecamatan akan segera direalisasikan.
Dari 16 kecamatan, akan ada lokasi strategis yang dipilih sebagai pusat pertunjukan dan destinasi seni, lengkap dengan fasilitas panggung tetap.
“Promosi melalui berbagai media dan penambahan konten khusus pariwisata dan kebudayaan diharapkan mampu menarik lebih wisatawan luar daerah,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua III DKD Jepara, Sarjono, melaporkan kesiapan untuk menggelar acara “Bumi Kartini Menari” dalam rangka memperingati Hari Tari Sedunia yang jatuh pada 27 April 2025 mendatang.
Acara tersebut juga rencananya akan dilaksanakan di Alun-Alun I Jepara dan beriringan dengan program Jepara In Fashion (JIF).
“Kami telah berkoordinasi dengan JIF untuk menggunakan panggung yang sama,” kata Mbah John, sapaan akrabnya.
Pada kesempatan yang sama, Chlara Tri Puspitasari dari Komite Tari DKD Jepara, menjelaskan bahwa kegiatan tahunan itu telah diselenggarakan sejak tahun 2021 silam.
Pada tahun 2025 ini akan menampilkan beragam genre tari, mulai dari tari tradisional hingga K-Pop.
Selain itu, penutupan acara akan diwarnai dengan sendratari dan aksi dari komunitas barongan cilik serta penampilan musik tradisional.
Namun, pihkanya juga menyoroti beberapa kendala yang dihadapi para pelaku seni, terutama terkait ketiadaan panggung tetap yang membuat mereka bergantung pada fasilitas dari event organizer.
“Kami berharap agar ke depannya ada fasilitas khusus untuk komunitas tari,” kata Chlara. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)