Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dialami oleh balita terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan kesehatan buah hati di masa depan. Socokangsi dalam mewujudkan percepatan penurunan stunting di Indonesia dengan target pencapaian sebesar 14% pada tahun 2024 telah menggalakan PMT berkala untuk 22 balita dan 3 Ibu hamil KEK dengan bantuan Bidan Siti Sujalmi dan kader-kader posyandu dalam realisasi program. Dalam upaya meningkatkan pemahaman Ibu mengenai prevensi stunting, mahasiswa kedokteran Tim II KKN Universitas Diponegoro melaksanakan penyuluhan prevensi stunting dengan judul: Awal Kuat untuk Masa Depan Sehat; Cegah Stunting Sebelum Terlambat di kediaman Bidan Desa Socokangsi, Ibu Siti Sujalmi pada 15 Agustus 2024.
Kegiatan diawali dengan penyuluhan stunting, pemberian ASI dan MPASI sesuai usia, manajemen dan prevensi infeksi, stimulasi dini, dan diakhiri dengan beberapa resep MPASI sesuai usia. ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama enam bulan pertama tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air putih. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi dan seiring kebutuhan bayi berubah, nutrisi ASI selalu mengikuti. Selain itu, ASI juga berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, khususnya kaya akan immunoglobulin A (IgA) yang membantu dalam prevensi invasi patogen. Oleh karena itu, penting bagi para ibu untuk mendapatkan edukasi mengenai pentingnya ASI eksklusif dan mematahkan anggapan tidak benar mengenai ASI.
Setelah bayi berusia enam bulan, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pada tahap ini, makanan pendamping ASI (MPASI) harus mulai dikenalkan untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. Menu MPASI dapat berpedoman pada MPASI 4 bintang sesuai komposisi menu makanan keluarga: satu bintang (makanan pokok), dua bintang (sumber vitamin A, buah dan sayur), tiga bintang (kacang-kacangan), dan empat bintang (sumber hewani). Dijelaskan juga bagaimana stimulasi dini tumbuh kembang anak berperan penting dalam penanggulangan stunting kemudian diakhiri dengan pemberian bantuan kepada setiap Ibu dengan balita gizi kurang dan Ibu KEK dan pembagian booklet mengenai stunting dan beberapa buku interaktif untuk balita. “Terima kasih banyak untuk Kakak-Kakak KKN yang telah membantu keberlangsungan PMT dan memberikan penyuluhan terkait stunting,” ujar Ibu Siti selaku Bidan Socokangsi.
Pengetahuan dan akses terhadap sumber daya yang memadai adalah kunci untuk memerangi stunting. Oleh karena itu, edukasi mengenai ASI eksklusif dan pemberian nutrisi yang tepat setelah enam bulan menjadi fokus utama dalam kegiatan yang dilakukan di Desa Socokangsi. Kami berharap, dengan pengetahuan yang lebih baik, para ibu di Socokangsi dapat lebih siap untuk memastikan anak-anak mereka tumbuh sehat dan terhindar dari stunting. Perjuangan melawan stunting membutuhkan kerja sama dan komitmen dari semua pihak, mulai dari keluarga, komunitas, hingga pemerintah. Dimulai dari Socokangsi, bersama, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah bagi anak Indonesia.