Bayi Alami Tetralogy of Fallot di Srikaton Pati  Ini Terkendala Biaya untuk Operasi

fatir

MENGENASKAN: Suparwi dan Sutarni sedang menggendong anaknya Febriansyah Abdul Fatir yang menderita Tetralogy of Fallot. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Bayi yang mengalami Tetralogy of Fallot di Desa Srikaton, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati terkendala biaya untuk operasi.

Namanya adalah Febriansyah Abdul Fatir. Bayi ini lahir pada 22 Februari 2024 lalu. Namun, berbeda dengan kondisi bayi pada umumnya, tiap kali Fatir menangis, tubuhnya akan membiru.Hal ini disebabkan karena Fatir mengalami Tetralogy of Fallot.

“Kalau saat situasi normal ya aktif biasa, tapi kalau nangis selalu biru karena kurang oksigen, katanya di tubuhnya kurang pembuluh darah. Kalau pas nangis tangan dan kaki berwarna biru,” ujar Suparwi, ayahanda Fatir didampingi sang istrinya, Sutarni pada Sabtu, 13 Juli 2024.

Sejauh ini, lanjut Suparwi, mereka sudah menjual barang-barang berharga seperti padi hingga sepeda motor untuk keperluan pengobatan Fatir.

“Kami sampai rela menjual tumpukan gabah dan sepeda motor hanya untuk menyelamatkan nyawa anak saya. Saya juga memohon bantuan bagi siapapun untuk membantu kami demi membantu pengobatan anak,” ucapnya.

Suparwi mengatakan proses pengobatan sudah dilakukan mulai  di rumah sakit yang ada di Pati hingga Semarang. Bahkan, saat ini, ia sedang berencana melakukan operasi di rumah sakit yang lebih canggih yakni di Jakarta.

“Saat lahir di RS Budi Agung Juwana anak saya sudah biru seluruh badan, menangisnya gak keras, kemudian terdiam gak kayak bayi lain. Setelah itu pihak rumah sakit tersebut mengarahkan kami untuk langkah pemeriksaan ke RS Mitra Bangsa Pati,” ungkapnya.

Dari rumah RS Mitra Bangsa itu dirujuk ke RS Kariadi Semarang.”Anak kami pun didiagnosa, saran dari dokter disuruh membawa ke RS Kariadi Semarang,” tambahnya.

Tak hanya itu, anaknya pun menjalani perawatan opname dengan kontrol rutin selama 4 bulan di RS Kariadi, Semarang. Namun, pihak rumah sakit sulit melakukan operasi sehingga merujuknya ke rumah sakit lebih canggih di Jakarta agar bisa dilakukan bedah operasi.

“Opname dipacu pada 11 Juni kemarin selama empat kali. Ketika mau dioperasi bedah saat diteropong alatnya tidak bisa lantaran penyempitan jantung,” urainya.

Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Kabupaten Pati melalui Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Jaminan Sosial, Tri Haryumi menyarankan agar pihak keluarga menyerahkan sejumlah persyaratan administrasi.

“Silahkan diurus menyertakan KK dan KTP dulu,” ungkapnya ketika dikonfirmasi.

Sementara, perangkat desa setempat, Lasmidi menurutkan jika pihaknya sedang mencari donatur untuk membantu pengobatan. Bahkan penderitaan yang dialami Suparwi sekeluarga disampaikan ke Camat Jaken, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak & Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Kabupaten Pati, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Pati, dan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Pati. Di samping itu, warga sekitar juga telah berupaya menggalang donasi membantu ongkos pengobatan.

“Kami pihak pemerintah desa sudah berupaya mensupport dan mendampingi Pak Suparwi sekeluarga. Kami juga telah menjalin koordinasi dengan PMI, Baznas, Camat, Dinsos dan beberapa awak media serta warga desa kami. Kemarin warga kami menggalang donasi dan sudah terkumpul beberapa,” ujarnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version