SALATIGA, Lingkarjateng.id – Memasuki pertengahan Ramadhan 1445 Hijriah, harga telur ayam ras dan cabai di pasar tradisional Salatiga mulai turun. Telur ayam ras saat ini dijual dengan harga Rp27.500 dari harga sebelumnya Rp31.000 per kilogram (kg).
Selain itu berdasarkan survey harga di pasar tradisional, harga komoditas lain juga beranjak turun. Seperti harga cabai yang turun drastis dari Rp87.000 menjadi Rp37.500 per kg.
Begitu pula dengan harga cabai rawit merah saat ini Rp 32.500 per kg, cabai merah keriting Rp32.500 per kg dan cabai rawit hijau Rp45.0000 per kg.
Namun harga daging ayam ras masih terhitung tinggi, yakni Rp36.500 per kg. Kemudian harga beras kualitas premium juga masih di angka Rp150.000 per kg, sedangkan beras kualitas medium Rp14.000 per kg.
Pedagang sembako di Pasar Raya 1 Salatiga, Karti (57), mengatakan harga telur ayam sudah mulai turun sejak beberapa hari.
“Harga telur turun sejak beberapa hari lalu. Turun Rp2.500 dari harga Rp30.000 per kilogram,” kata Karti, Senin, 25 Maret 2024.
Akan tetapi menurut Karti, harga telur ayam hingga lebaran nanti masih bisa mengalami fluktuasi. Sebab kemungkinan terjadi peningkatan permintaan telur menjelang lebaran.
“Kalau stoknya tetap sedangkan permintaan naik tinggi, pasti harganya naik lagi. Ya mudah-mudahan kalau naik lagi tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Dia menyampaikan, tingginya harga jual telur ayam ras tidak hanya dikeluhkan konsumen tetapi pedagang juga terdampak.
“Kalau harga naik, yang pasti akan tambah modal. Kemudian, kalau stok dari kandang terbatas, pedagang juga harus keliling cari barang dan belum tentu dapat,” bebernya.
Ia berharap hingga lebaran nanti harga telur bisa stabil, sebab pedagang akan lebih nyaman berjualan jika harga relatif stabil.
“Kalau harga stabil dan stok banyak, pedagang tidak bingung. Omzet juga bisa stabil,” ucapnya.
Sementara itu, sejumlah warga mengaku senang dengan turunnya harga telur. Sebab saat Ramadhan, telur menjadi salah satu menu makan andalan karena masaknya lebih praktis dan cepat.
“Saya berharap agar telur turun lagi dan stabil. Sebab telur sudah jadi makanan pokok,” ujar Heni (42) warga Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir. (Lingkar Network | Angga Rosa – Lingkarjateng.id)