BLORA, Lingkarjateng.id – Ada yang menarik dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para peserta yang gagal dalam ujian Penyaringan Perangkat Desa (Perades) Kabupaten Blora. Dari pantauan di lapangan, sejumlah peserta kedapatan memegang spanduk berisi kritik menggelitik yang mengundang perhatian publik.
Kata-kata dalam spanduk itu cukup nyeleneh, tapi mengena dengan apa yang ingin mereka sampaikan. Foto-foto peserta aksi sambil mengusung spanduk itu pun jadi viral di media sosial, whatsApp maupun Instagram. Bahkan sebagian masyarakat Blora menggunakan foto tersebut untuk status whatsApp-nya.
Menurut Sobirin, Pengamat Aksi Demo hari ini, Kamis (27/1) mengatakan, tulisan-tulisan ala spanduk peserta yang gagal ikut seleksi Perades dan melakukan aksi unjuk rasa, menunjukkan spontanitas dalam menyuarakan isi hati mereka.
Peserta Seleksi Perades di Blora Keluhkan Banyak Kejanggalan dalam CAT
Peserta ingin membuat kalimat sederhana yang tidak bertele-tele, namun mudah dimengerti mahasiswa serta masyarakat luas. Termasuk anggota dewan dan pemerintah yang mereka sasar.
“Memang yang penting pesannya dimengerti. Ini kan menyesuaikan dengan apa yang mereka maksudkan. Ngertinya bahasa milenial era sekarang ya pakai bahasa milenial,” ujar Sobirin.
Sementara itu, Arif Pengamat Media Sosial Blora menjelaskan, cara tersebut justru efektif bagi peserta untuk menjelaskan apa yang mereka inginkan. Oleh karena itu, dirinya meminta pemerintah dan anggota dewan tak menganggap remeh tuntutan yang disuarakan tersebut.
Isu Ada Politik Uang pada Seleksi Perades, Kejari Blora: Kita Hajar
“Memang gerakan ini masih idealis. Kalau sudah menyangkut harga-harga, masyarakat akan turun, sudah tak bisa dikontrol. Maka yang kecil-kecil ini harus diperhatikan oleh pemerintah,” ucapnya.
Berikut kumpulan kata-kata spanduk bertuliskan kritik dalam aksi peserta seleksi Perades yang gagal, yakni: “Kami Tidak Mau Dipimpin Tikus”, “Info Loker_ Menghitung Uang Haram”, #SaveDesaKodokan #SaveKec.Kunduran #AsuKoen, “Dijual Murah Dua Sawah Bengkok, Nggo Bayar Utang”, “Keadilan Jadi Barang Sukar”, “Ada yang Berdiri Tegak, Tapi Bukan Keadilan”, dan masih banyak lagi. (Lingkar Network | Lilik Yuliantoro – Koran Lingkar)