BLORA, Lingkarjateng.id – Para peserta seleksi Perangkat Desa (Perades) di Kabupaten Blora menilai proses pelaksanaan ujian Computer Assistant Test (CAT) banyak kejanggalan. Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah peserta yang berasal dari Kecamatan Banjarejo, Blora.
Salah satu peserta, P (30) mengungkapkan, dalam proses ujian CAT banyak kejanggalan yang ia alami.
“Ketika mau masuk ruangan, saya dikasih lembaran kartu peserta yang sudah tertulis lengkap identitas dan kode token untuk login. Meja kursi bebas milih dan satu ruangan untuk 20 orang. Komputer posisi sudah nyala, tinggal masukan nomer id dan kode token. Soal jumlah ada 100 dengan waktu pengerjaan 2 jam,” ucapnya, Minggu (23/1).
DPRD Blora Respons Isu Kecurangan Perades
Ia mengaku sempat kaget ketika di tengah mengerjakan soal, mendadak komputer satu ruangan error dan diminta mengakhiri tes. Beberapa menit kemudian, tes dimulai lagi dari awal dan soal berubah.
“Waktu mengerjakan jawab pilihan A, sesudah dicek kembali jadi C, dan ini beberapa kali terjadi. Sempat satu ruangan komplain kepada pengawas di ruangan karena mengalami hal yang sama,” ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh peserta lain, W (37). Banyak kejanggalan yang ia temukan. Menurutnya, harusnya ia mendapatkan nilai lebih dari yang sudah ia dapatkan.
Isu Ada Politik Uang pada Seleksi Perades, Kejari Blora: Kita Hajar
“Untuk pengerjaan matematika saya merasa harusnya dapat lebih, soalnya saya mantan guru wiyata matematika. Pantauan istri saya di Live YouTube, ketika saya mengerjakan soal, nilai saya cuma 2 untuk matematika dan itu pun tidak naik-naik hingga selesai pengerjaan,” terangnya.
Bahkan, lanjutnya, kompetitor yang mendapat skor tertinggi adalah peserta yang kurang cerdas, jika dibandingkan dengan kualitas peserta yang lain.
“Dia yang mendapat skor tertinggi anaknya Bayan (Perangkat Desa). Pernah jadi hansip di Pilkada kemarin. Tapi saya yakin jika lomba cerdas cermat langsung, yang bakal menang adalah yang saat ini mendapat skor paling terbawah,” tegasnya. Ia pun meminta tes CAT ini digelar ulang. “Intinya, kami minta di ulang. Jika masih wujud soal maupun sistem CAT atau manual, pasti banyak permainan dan sangat kelihatan curangnya. Mendingan ganti saja dengan sistem coblosan atau pemungutan suara saja, lebih jelas dan adil,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lilik Yuliantoro – Koran Lingkar)