Sekda Edy Sebut Pati dan Rembang Jadi Kompetitor Investasi Jepara

Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara, Edy Sujatmiko. (Tomi Budianto/Lingkarjateng.id)

Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara, Edy Sujatmiko. (Tomi Budianto/Lingkarjateng.id)

JEPARA, Lingkarjateng.idPemerintah Kabupaten Jepara masih berupaya menarik lebih banyak investor ke Bumi Kartini. Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara, Edy Sujatmiko, menyebut peningkatan investasi ini juga harus didukung oleh masyarakat agar iklim investasi Jepara bisa  terjaga dengan baik dan tidak kalah saing dengan daerah lain.

Sekda Edy mengajak masyarakat ikut mempertahankan iklim investasi tetap kondusif. Caranya, menjaga daya dukung yang selama ini menjadi keunggulan kompetitif Jepara, yakni upah kompetitif, harga lahan terjangkau, hingga kompetensi masyarakat yang terkenal terampil.

Menurut Sekda Edy, di Asia Tenggara Vietnam bisa menjadi pesaing menggaet investasi sedangkan di Asia Selatan ada India.

“Karena apa? Harga tanah di sana masih rendah. Bahkan upah pekerja di Vietnam sangat murah, belum lagi rendahnya kurs mata uang negara tersebut,” ujar Sekda Edy di depan puluhan perwakilan perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dalam acara sosialisasi dan bimbingan teknis kemudahan investasi di Kabupaten Jepara belum lama ini.

Demikian pula dengan dua daerah di sekitar Muria yakni Pati dan Rembang menjadi pesaing investasi bagi Jepara. Edy menyebut saat ini sudah ada PMA di Jepara yang membuka unit produksi di Pati dan juga Rembang, yang mengiming-imingi investor dengan harga lahan yang murah.

Akan tetapi untuk bersaing secara kompetitif, pihaknya meminta pekerja untuk berbesar hati menjaga UMK tetap kompetitif, warga pemilik lahan menawarkan lahannya dengan harga yang wajar, dan masyarakat membekali angkatan kerja dengan kompetensi sesuai kebutuhan perusahaan.

Meski banyaknya investasi PMA dan PMDN di Jepara dalam sepuluh tahun terakhir telah menyerap puluhan ribu angkatan kerja, Jepara masih terus berupaya membuka lapangan kerja baru dengan investasi tambahan, baik pengembangan perusahaan yang telah ada maupun investasi baru.

Dia memaparkan, sebelum pandemi Covid-19 nilai investasi yang masuk ke Jepara pernah menyentuh angka Rp 21 triliun.

“Meski belum menyamai, tapi pascapandemi bisa menjadi Rp 7 triliun lalu Rp 9 triliun lebih,” katanya.

Angka investasi hampir Rp 9,6 triliun sepanjang tahun 2022, tetapi menjadi investasi daerah tertinggi di Jawa Tengah.

Sedangjkan pada triwulan pertama tahun 2023, berdasarkan rekapitulasi dari sistem perizinan One Stop Submission menunjukkan modal usaha rencana investasi di Jepara sudah mencapai Rp 2 triliun lebih. Realisasinya mencapai Rp 238 miliar yang tersebar di 407 proyek. Hampir seluruh realisasi investasi yang totalnya sekira Rp 227,6 miliar berasal dari PMA. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)

Exit mobile version