KUDUS, Lingkarjateng.id – Pembangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Asna Kalirejo di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus menyebabkan pencemaran limbah air di sawah milik warga. Adanya limbah dari pembangunan tersebut sudah dikeluhkan petani Kudus selama 5 tahun belakangan ini.
Berdasarkan pantauan di lapangan, proses pembangunan Ponpes tersebut sudah berjalan 80 persen. Dengan tambahan gedung pondok yang kini dihuni sekitar 400 santri itu, limbah air yang dihasilkan dari sisa pembangunan menyebabkan berbagai dampak lingkungan yang secara langsung dirasakan oleh para petani.
Salah satu petani Kudus, Mbah Hadi yang merupakan warga Dukuh Ngemplak Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, merasakan hal itu sudah lama. Semenjak sawah miliknya tercemar limbah yang keruh dan berbau menyengat, hasil panen sawah miliknya menjadi berkurang dan tidak maksimal.
Dirinya mengatakan, adanya limbah air menyebabkan tanah di sepanjang sawah yang kurang lebih sekitar 40 hektar dari semua petani daerah tersebut menjadi basah meskipun musim kemarau. Dari saluran limbah yang mengalir hingga perbatasan Desa Glagah Kecamatan Undaan, terhitung 20 meter di sisi kanan dan kiri terdampak limbah.
Selain dampak tersebut, Mbah Hadi juga menuturkan bahwa panen yang biasanya dalam setahun bisa mencapai 2,5 kuintal padi, kini hanya bisa memanen sebanyak 2 karung.
Tak hanya itu, dirinya pun mengaku kesulitan menanam palawija, tidak bisa membajak sawah, dan khawatir dampak limbah tersebut akan semakin meluas.
“Kalau ini dibiarkan, akan bertambah luas. Tanah di sini (sawah, red) basah terus sehingga tidak bisa menghasilkan panen yang bagus,” kata Mbah Hadi pada Senin, 12 September 2022.
Laki-laki yang berusia 70 tahun tersebut berharap, dari pihak pondok pesantren maupun Pemerintah Desa untuk memberikan solusi yang terbaik khususnya kepada para petani Kudus yang sawahnya tercemar limbah. Pasalnya, saluran pembuangan limbah yang dibuat di dekat Ponpes tersebut terlalu kecil sehingga limbah tetap mengalir ke sawah warga.
“Kami berharap ada solusi dari permasalahan ini, karena sudah bertahun-tahun hasil panen kami juga menurun, tanahnya basah terus. Dikhawatirkan saya tidak bisa menunggu apa-apa untuk anak cucu saya, karena yang terdampak bukan sawah saya saja, melainkan di sepanjang aliran limbah ini,” pungkasnya sambil menunjuk aliran limbah yang mencemari sawah miliknya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)