Rendahnya Retribusi Galian C di Pati Dinilai Tak Sebanding dengan Kerusakan Jalan

Bacaleg DPRD Pati dari Partai Demokrat, Supriyadi, S.Sy. (Dok. Lingkar/Lingkarjateng.id)

Bacaleg DPRD Pati dari Partai Demokrat, Supriyadi, S.Sy. (Dok. Lingkar/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id Bakal calon legislatif (bacaleg) DPRD Pati dari Partai Demokrat, Supriyadi, S.Sy. yang merupakan warga Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyebut jika rendahnya retribusi tambang Galian C sama sekali tak sebanding dengan kerusakan jalan. Apalagi, jalan yang rusak itu merupakan jalan utama yang menjadi satu-satunya akses jalan antardesa.

“Jelas enggak sebanding, apalagi dengan PAD (pemasukan asli daerah, red) yang hanya Rp 250 juta setahun, ya boncos!” terang Supriyadi saat dijumpai di rumahnya, pada Selasa, 1 Agustus 2023.

Menurutnya, anggaran untuk perbaikan jalan rusak tersebut bisa sampai miliaran. Terlebih, jalan rusak itu juga menyebabkan ekonomi di sekitar jalan rusak ikut terganggu.

“Para pedagang yang mencari rezeki di jalur ini, dagangannya jadi nggak laku karena banyak debu dari kendaraan pengangkut padas. Tak hanya itu, pengunjung ke sejumlah obyek wisata yang akses jalannya rusak ini ikutan merosot,” jelasnya.

Retribusi Galian C di Pati Belum Capai Target, Baru Terealisasi Rp 76 Juta dari Rp 250 Juta

Lebih lanjut, ia menyebut sejumlah destinasi wisata di Kecamatan Kayen yang jadi sepi pengunjung karena akses jalannya rusak.

“Ada Lorodan Semar, Embung Beketel, Bukit Pandang, hingga Arga Pesona. Banyak sebetulnya potensi wisata di Kayen ini, tapi orang jadi malas datang ke sini karena jalannya rusak,” terangnya.

Supriyadi meminta pemerintah lebih peka dan mau mendengar keluhan warga.

“Jalan ini (Sumbersari-Beketel) merupakan akses vital. Juga merupakan jalur alternatif penghubung sampai Kabupaten Blora. Tapi kondisinya parah begitu, apalagi yang di atas sana, sangat parah kondisinya. Melihat kondisi begini, pemerintah harus peka. Anggarannya sudah digedok beberapa triliun katanya, tetapi hasilnya mana?”

Ia berharap, nantinya jika sudah terpilih jadi anggota DPRD Pati, ia akan mengawal proses pembangunan di daerah pemilihannya, yakni dapil 5 yang meliputi: Sukolilo, Kayen, Tambakromo, dan Gabus.

“Harus ada perwakilan dari daerah sini yang bisa mengawal pembangunan di daerah sini. Dan sebenarnya masyarakat sudah mulai cerdas dalam memilih wakilnya. Mana yang hanya memberi janji, mana yang bisa dipercaya, dan mana yang kerja sungguh-sungguh. Saya tak mau berjanji muluk-muluk, tapi nanti mari buktikan, kalau saya terpilih, aspirasi dari warga sini akan jadi prioritas,” tegas pria yang juga menjabat Direktur Lingkar TV ini.

Banyak Truk Tambang Galian C Over Tanase Picu Jalan Rusak di Kayen dan Sukolilo Pati

Sebelumnya, banyaknya jalan rusak di Kecamatan Kayen dan Sukolilo akibat aktivitas Galian C ini telah banyak dikeluhkan masyarakat. Keluhan bahkan diluapkan warga melalui sebuah video yang viral di media sosial. Dalam video berdurasi satu menit itu, warga meluapkan kekesalannya karena selama bertahun-tahun jalan rusak tersebut tak tersentuh pembangunan.

Seperti yang diungkapkan Nurkholis, salah satu warga saat ditemui di jalan Sumbersari-Beketel, Kayen, Pati, Ia menyebut, semenjak adanya tambang galian C, jalan semakin rusak. Parahnya lagi, hal tersebut tidak dihiraukan oleh penambang maupun pihak berwajib.

“Mereka hanya mengambil keuntungannya saja, tanpa dipikirkan kerugiannya yang diakibatkan karena kerusakan jalan ini,” tuturnya dengan kesal ketika ditemui di Desa Beketel, Kayen, Pati, baru-baru ini.

Efek Galian C, Jalan Sumbersari-Beketel Pati Rusak Parah

Pihaknya membenarkan bahwa selama ini tidak ada langkah perbaikan yang dilakukan pemerintah.

“Tak pernah ada perbaikan dari pemerintah. Paling mentok hanya dilakukan langkah pengurukan memakai batu padas. Kalau hanya begitu, nanti kalau hujan hilang lagi. Lubangnya semakin dalam lagi, rusak lagi, hancur lagi,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan oleh Kusno, warga Desa Sumbersari, Kayen, Pati. Menurutnya, selama ini warga harus menahan kepulan debu yang diakibatkan jalan rusak. Bahkan, banyak tetangganya, yang berjualan di pinggir jalan tersebut ikut merugi karena banyaknya debu.

“Kalau kecelakaan jarang terjadi, tetapi lingkungan menjadi tidak nyaman karena debu. Pihak penambang tidak bertanggung jawab. Minimal agar masyarakat tidak merasa dirugikan akibat aktivitas galian mereka,” protesnya. (Lingkar Network | Khairul Mishbah – Koran Lingkar)

Exit mobile version