Rawan Kecelakaan! Warga Desak Pembangunan Jalur Penyelamat JLS Salatiga

TERGULING: Sebuah truk mengalami kecelakaan di Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga, beberapa waktu lalu. (Angga Rosa/Lingkarjateng.id)

TERGULING: Sebuah truk mengalami kecelakaan di Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga, beberapa waktu lalu. (Angga Rosa/Lingkarjateng.id)

SALATIGA, Lingkarjateng.id – Sejumlah masyarakat meminta pemerintah pusat segera mengambil langkah guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan di Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga. Permintaan masyarakat tersebut menyusul banyaknya kecelakaan lalu lintas yang merenggut korban jiwa di JLS Salatiga, khususnya di kawasan simpang empat Desa Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo.

Warga Kumpulrejo, Kurniawan (55) mengatakan, tingginya angka kecelakaan di sepanjang jalan nasional tersebut tidak bisa dibiarkan. Pemerintah harus segera mengatasi agar angka kecelakaan bisa diminimalkan.

“Kami berharap pemerintah bisa bertindak cepat untuk menangani kerawanan lalu lintas di perempatan Kumpulrejo. Semestinya ada jalur penyelamat di jalur dari arah Kopeng menuju Salatiga karena sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh rem blong. Lebih baik lagi kalau di bangun fly over (jalan layang) sehingga bisa lebih aman,” jelasnya.

Dia menilai pembangunan jalur penyelamat dan flyover perempatan Kumpulrejo JLS Salatiga mendesak dilakukan. Sebab, perempatan Kumpulrejo merupakan titik paling rawan dan sudah sering terjadi kecelakaan lalulintas yang memakan korban jiwa.

“Selain itu, rambu lalu lintas dan lampu penerangan jalan serta sarana prasarana penunjang lainnya untuk mengantisipasi kecelakaan di JLS juga perlu ditambah. Dan penambahan sarana prasarana penunjang jalan di JLS harus segera ditindaklanjuti oleh pemkot agar kecelakaan bisa tekan,” terangnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Salatiga Sri Satuti menyatakan, rencana pembangunan jalur penyelamat di JLS Salatiga akan direalisasikan oleh Kementerian PUPR. Pembangunan jalur penyelamat atau jalur penghentian darurat memang mendesak, karena di sepanjang JLS dari arah Tingkir menuju Blotongan terdapat jalan menurun yang cukup panjang. 

“Berdasarkan hasil kajian, jalur penghentian darurat perlu dibangun di dua titik. Yakni di STA KM 47+250 – STA KM 48+450 dan STA KM 48+800 – 49+750,” pungkasnya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Koran Lingkar)

Exit mobile version