SEMARANG, Lingkarjateng.id – Penataan relokasi Pasar Johar di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang membuat omzet pedagang mengalami penurunan yang cukup drastis. Binanto (43), salah satu pedagang sayur di relokasi Pasar Johar di Kawasan MAJT mengaku keuntungannya berkurang hampir 50 persen.
Ia mengaku, biasanya mampu menjual cabai hingga puluhan kilogram. Namun, saat ini barang dagangannya sering sisa. Menurutnya, selain dampak dari penataan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga turut menjadi penyebabnya.
“Harga BBM naik dan penataan sangat terasa,” ujar Binanto pada Selasa, 13 September 2022.
Ia menambahkan, pada akhir-akhir ini harga cabai yang dijual mengalami kenaikan. Cabai rawit yang awalnya dijual dengan harga Rp30.000 per kilogram kini naik menjadi Rp50.000 per kilogram. Kemudian cabai keriting yang sebelumnya Rp35.000 per kilogram menjadi Rp55.000 per kilogram dan cabai rawit hijau Rp27.0000 per kilogram menjadi Rp35.000 per kilogram.
“Harga cabai teropong kini berkisar Rp55.000 per kilogram, sebelumnya Rp40.000 per kilogram,” imbuhnya.
Kenaikan harga ini membuat daya beli masyarakat turun hingga 50 persen. Ia membeberkan dalam sehari biasanya dirinya mampu menjual cabai merah hingga 50 kilogram, kini hanya bisa menjual sebanyak 25 kilogram. Kemudian, cabai hijau yang biasanya mampu dijual hingga 40 kilogram, kini hanya mampu 20 kilogram saja dan cabai keriting biasanya mampu menjual 60 kilogram, kini hanya menjual 30 kilogram.
“Masalahnya pasar rusak,” keluhnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan dan Stabilitas Harga Dinas Perdagangan Kota Semarang, Sugeng Dilianto memastikan harga cabai masih stabil. Bahkan, ketersediaan pun masih aman.
“Kota Semarang masih stabil, kemudian ketersediaan barang masih ada,” terangnya saat dikonfirmasi.
Namun, ia mengaku naiknya harga BBM membuat daya beli masyarakat menjadi berkurang.
“Cuman daya beli berkurang,” tandasnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)