Mulai Merebak di Kudus, DKK Ingatkan Masyarakat Waspada Penyakit Leptospirosis

Kasi Surveilans dan Imunisasi DKK Kudus, Aniq Fuad. (Nisa Hafizhotus Syarifa/Lingkarjateng.id)

Kasi Surveilans dan Imunisasi DKK Kudus, Aniq Fuad. (Nisa Hafizhotus Syarifa/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus mewanti-wanti masyarakat untuk waspada dengan penyakit Leptospirosis. Pasalnya, penyakit yang dibawa oleh hewan tikus ini mulai merebak di daerah sekitar Kabupaten Kudus.

Leptospirosis sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospirosis. Dimana, penularannya bisa melalui urine atau kencing serta darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, dan babi.

Bahaya penyakit leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam hingga mengancam nyawa. Adapun gejala yang dialami apabila terinfeksi yakni flu berat, bengkak pada kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning.

Kasi Surveilans dan Imunisasi DKK Kudus, Aniq Fuad menjelaskan bakteri leptospirosis biasanya muncul di daerah banjir atau daerah genangan air yang biasanya bercampur dengan kencing tikus.

Namun, lanjut Aniq, sekarang ini bakteri leptospirosis tidak hanya muncul pascabanjir atau di daerah genangan air saja. Bahkan, pihaknya mengaku sempat menemukan kasus tersebut di wilayah Kecamatan Kota, Kudus.

“Kita kemarin menemukan ada dua kasus, itu juga bukan daerah banjir karena wilayah Kota. Yang satu meninggal,” katanya.

Aniq menerangkan, bakteri liptospirosis bisa menginfeksi manusia melalui luka. Namun, pihaknya juga mengatakan ada beberapa kasus dimana orang tersebut tidak memiliki luka di tubuhnya, tetapi dinyatakan positif liptospirosis.

“Cara masuknya itu biasanya lewat luka, tapi beberapa kasus terbaru, orang itu tidak punya luka. Nah, mungkin alat-alat makan itu tercampur dengan kencing tikus karena tidak menjaga kebersihan,” paparnya.

Oleh sebab itu, pihaknya pun menggencarkan kembali edukasi serta imbauan kepada fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama untuk mengetahui betul gejala leptospirosis. Sehingga, kasus serupa bisa ditekan dengan maksimal.

“Gejalanya itu dikira flu biasa, tapi pas diobati tidak sembuh-sembuh, terus di rumah sakit pas di lab muncul hasil positif. Itu yang perlu di waspadai,” ungkapnya.

Aniq menekankan, ketika terjadi gejala yang mengarah kepada penyakit leptospirosis maka harus ditanya, apakah dalam 14 hari lalu itu pernah kontak dengan air atau tidak.

“Karena bakteri leptospirosis hidupnya di air. Jadi kalo air sudah terkontaminasi kencing tikus yang terinfeksi, bakteri itu bisa hidup,” tukasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version