PATI, Lingkarjateng.id – Menunaikan ibadah haji merupakan hal yang paling didambakan oleh setiap muslim. Akan tetapi, banyak seseorang yang telah terdaftar sebagai calon haji namun mengundurkan diri dengan berbagai alasan.
Kepala Seksi (Kasi) Haji dan Umroh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pati, Abdul Hamid menuturkan bahwa, selain faktor ekonomi dan kesehatan, ternyata faktor kematian merupakan faktor utama yang paling banyak menyebabkan calon jamaah haji mundur.
Akan tetapi Abdul Hamid menambahkan, bagi calon jamaah haji yang telah wafat, dapat digantikan oleh pihak lain yang masih ada hubungan keluarga atau ahli waris.
“Karena wafat, sakit, ekonomi atau keluarga. Tapi yang paling banyak karena wafat. Yang wafat ini sebenarnya bisa diberikan kepada ahli waris, nomornya bisa dilimpahkan,” terang Kasi Haji dan Umroh Kemenag Pati tersebut.
Hamid mengungkapkan bahwa, banyaknya calon jamaah haji yang mundur karena wafat atau sakit, sangat dipengaruhi oleh pendaftar yang didominasi berusia 40-50 tahun ditambah masa tunggu haji yang lama. Sehingga, tambahnya, pendaftar di usia tersebut dimungkinkan berangkat saat sudah lansia, bahkan sebelum pemberangkatan sudah wafat terlebih dulu.
“Rata-rata karena pendaftaran itu menunggunya lama. Rata-rata daftar haji mayoritas itu usia 40-50 tahun, hampir 60%. Karena usianya sekian dan menunggu lama, kadang-kadang belum sampai tahun pemberangkatan sudah mundur dulu (karena wafat). Jadi mereka yang wafat dilimpahkan ke ahli waris,” imbuhnya.
Selain dilimpahkan, pihak keluarga juga bisa mengambil uang dari calon jamaah haji yang telah wafat atau mengundurkan diri. Selain dikembalikan secara utuh, pihak yang membatalkan haji atau pihak keluarga yang ditinggalkan akan mendapatkan dana optimalisasi atau bunga.
“Utuh dan ditambah dana pengembangan. Kan ada dana optimalisasi atau bunga. Jadi, selain itu ditambah dana optimaslisasi yang diurus oleh badan pengelola keuangan haji dan dikembalikan ke jamaah,” bebernya.
Saat disinggung mengenai jumlah pendaftar haji yang mengundurkan diri, pihaknya mengaku tidak mengetahui secara persis.
“Belum buat data diagram. Tetapi jumlahnya semakin banyak karena jumlah lansia juga semakin banyak. Mungkin ke depan kita buat, karena semakin hari jumlah pembatalan juga semakin banyak,” pungkasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)