GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berimbas pada perubahan tarif jasa transportasi, seperti angkutan umum di Terminal Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Bus jenis Antar Kota dalam Provinsi (AKDP) masih menggunakan tarif lama, sedangkan bus jenis Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sudah naik.
Anggota Federasi Serikat Pekerja Transportasi Indonesia Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPTI SPSI), Heriyadi mengungkapkan pihaknya masih menunggu masukan dari para pelaku jasa transportasi, sehingga tak bisa serta-merta menaikkan tarif. Pihaknya pun belum berani mengambil langkah untuk menaikkan harga. Terlebih saat ini penumpang masih sepi. Ia khawatir jika dinaikkan penumpang semakin sepi.
“Belum ada kenaikan. Karena bersaing dengan transportasi lain termasuk kereta menekan ongkos operasional, persaingan juga semakin ketat,” ungkapnya.
Ia mengatakan untuk tarif bus AKDP Purwodadi-Solo masih menggunakan harga lama, yakni sekitar Rp 25 ribu. Kemudian, tarif bus Purwodadi-Semarang Rp 20 ribu, sedangkan untuk Purwodadi-Blora Rp 20 ribu.
“Dengan begitu kami bisa bersaing harga. Jasa transportasi umum bisa murah dan minat masyarakat bisa kembali meningkat. Sebab, kaitannya BBM kami yang benar-benar terdampak secara langsung,” katanya.
Sementara, untuk bus AKAP mayoritas sudah menaikkan tarif antara 10-20 persen. Salah satu agen tiket PO Bus Terminal Purwodadi, Bejo Utomo menjelaskan untuk bus AKAP harus naik mengingat biaya operasional langsung meningkat dengan jauhnya jarak yang ditempuh. Bahkan, setiap kali menuju ke Jakarta sebelumnya membutuhkan 700 ribu untuk membeli solar.
“Kenaikan dari Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Misal dari Rp 150 ribu jadi Rp 200 ribu,” ujarnya.
Pihaknya menyebut hingga kini belum ada rencana untuk melakukan aksi unjuk rasa. Sebab hal tersebut belum tentu membuahkan hasil. Bahkan, aksi itu juga akan menyita waktu dan tenaga. (Lingkar Network | Muhamad Ansori – Koran Lingkar)