PATI, Lingkarjateng.id – Akhir-akhir ini, harga telur ayam ras maupun ayam kampung di pasar tradisional Kabupaten Pati mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pasalnya, harga telur ras yang semula berkisar Rp20.000 kini menjadi Rp31.000 per kilogramnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati, Hadi Santosa mengungkapkan bahwa jika kenaikan telur ini dikarenakan mahalnya biaya produksi, terutama pakan ayam petelur. Sehingga peternak pun perlu menyeimbangkan dengan menaikkan harga jual telur.
“Sabtu, 27 April 2022 lalu itu harga telur mencapai hingga Rp31.000 per kilogramnya, rata-rata itu di beberapa pasar tradisional. Kemungkinan karena biaya produksi naik, harga pakannya juga naik juga, lalu harga pakan yang impor naik, sehingga pelaku bisnis ayam petelur ini menaikkan harga,” ucap Hadi saat ditemui di ruang kerjanya.
Selain faktor pakan untuk ayam petelur, faktor lain yang memicu tingginya harga telur ini adalah adanya campur tangan pihak ketiga atau distributor. Dirinya pun mengaku kesulitan mengendalikan peran makelar dalam jaringan perdagangan di pasar tradisional.
Tingkat konsumsi masyarakat terhadap telur yang cukup tinggi juga dirasa oleh Hadi menjadi pemicu lain kenaikan telur ini. Terlebih dengan semakin banyaknya pelaku UMKM dengan telur sebagai bahan baku utama pembuatan makanan.
“Karena produksi makanan ringan (seperti) kue banyak yang menggunakan telur jadi memicu kenaikan harga telur. Dari komunitas yang kita pantau, keuntungan paling besar ada di pedagang. Dijual lagi ke pedagang, berikutnya hingga titik akhir itu nanti,” imbuhnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga telur ini secara bertahap. Pihaknya berencana melaksanakan operasi pasar guna mengontrol harga telur di pasar tradisional. Meski demikian, Hadi mengaku belum bisa melakukan operasi pasar ini sesegera mungkin karena keterbatasan anggaran.
“Kenaikan harga telur ini kalau di Pati sudah tiga minggu. Naik terus, bahkan dua hari sekali naik seribu. Sebenarnya salah satu upaya yang efektif dengan melakukan operasi pasar tapi kita terkendala dengan anggaran,” tutupnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)