BLORA, Lingkarjateng.id – Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati, meminta seluruh pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana memasuki fase peralihan musim atau pancaroba. Terlebih, separuh penduduk Blora tinggal di daerah rawan bencana.
Hal itu disampaikan saat memimpin Apel Kesiapsiagaan dan Gelar Peralatan Penanggulangan Bencana Tahun 2022/2023 tingkat Kabupaten Blora yang digelar di Alun- Alun Kabupaten Blora pada Kamis, 20 Oktober 2022 pagi.
“Akibat cuaca yang tidak menentu, maka tidak menutup kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi. Sehingga, seluruh pihak tentunya perlu untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan, baik personel secara individu, maupun sumber daya peralatan yang dimiliki,” ucapnya.
Mbak Etik sapaan akrab Wabub Blora mengatakan, hasil inventarisasi kejadian bencana tingkat Kabupaten Blora sejak Oktober 2021 sampai dengan Oktober 2022 telah terjadi 93 kejadian bencana.
“Antara lain bencana banjir 31 kali, angin kencang 44 kali, tanah longsor 18 kali, 8 rumah roboh, 1 sekolah rusak sedang, 7 rumah rusak berat, 5 rumah rusak sedang, 87 rumah rusak ringan, 1.153 rumah terendam, dengan kerugian sebesar Rp 999.350.000, ” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora, Sri Widjanarsih, menyampaikan bahwa masih banyak penduduk di Kabupaten Blora yang tinggal di daerah rawan bencana.
“Dari jumlah penduduk Kabupaten Blora 991.577 jiwa, sebanyak 575.551 jiwa penduduk tinggal di daerah rawan bencana banjir, tanah longsor, angin kencang dan bencana lainnya,” jelasnya. (Lingkar Network | Lilik Yuliantoro – Koran Lingkar)