SEMARANG, Lingkarjateng.id – Puluhan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang menyatakan sikap menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah ditetapkan pemerintah pada 3 September 2022 lalu.
Berkumpul di depan Masjid Baiturrahman Semarang, para kader PKS Kota Semarang tampak memakai seragam dan membawa bendera partai. Massa juga tampak berbaris sambil menyanyikan lagu Naik Naik ke Puncak Gunung yang diganti liriknya menjadi “naik naik BBM naik, tinggi tinggi sekali, kiri kanan kulihat saja, banyak warga sengsara.”
Sebelum beraksi, peserta yang didominasi oleh emak-emak itu diawali dengan membaca salah satu ayat suci Al-Quran.
Tepat jam 14.12 WIB, massa menuju ke patung Undip untuk menuju kantor gubernuran Semarang.
Ketua Umum DPD PKS Kota Semarang, Suharsono membeberkan aksi demonstrasi dilakukan kader PKS atas kebijakan kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah.
“PKS menolak kenaikan harga BBM bersubsidi (Pertalite dan Solar) dan meminta agar kenaikan tersebut dibatalkan dan harganya dikembalikan ke kondisi semula,” ujarnya.
Selain itu juga ada beberapa poin yang menjadi dasar bagai kader PKS konsisten menolak kebijakan pemerintah tersebut. Salah satunya yakni kenaikan harga BBM akan berdampak pada inflasi yang akan menyebabkan naiknya harga-harga barang.
Kenaikan BBM sebesar 30 persen, menurut Suharsono, akan menaikkan inflasi sebesar 3,6%. Inflasi pada juli 2022 telah mencapai 4,94 persen, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan mengakibatkan inflasi hingga akhir tahun bisa tembus 7-8 persen.
“Kenaikan harga BBM akan berpengaruh pada harga pangan. Dengan adanya kenaikan BBM sebesar 30 persen tentunya akan mempengaruhi naiknya harga pangan,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu emak-emak kader PKS Kota Semarang, Suharti menuturkan bahwa pihaknya mendukung demonstrasi menolak kenaikan harga BBM.
Ia menilai kenaikan BBM membuat dirinya merasa keberatan karena antara gaji suami dengan harga bahan pokok sembako tak sebanding. “Meski BBM baru naik, tapi sangat terasa,” ucapnya.
Pandemi Covid-19 sudah cukup memberikan dampak bagi penghidupan, ditambah dengan kenaikan harga BBM justru mempersulit kondisi ekonomi rakyat. “Ya enggak setuju dengan naiknya harga BBM,” tegasnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)