PATI, Lingkarjateng.id – Dampak kemarau telah dirasakan warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pati. Termasuk warga pondok pesantren yang juga mengalami krisis air bersih.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati tercatat 58 desa di 9 kecamatan mulai merasakan krisis air bersih, di antaranya di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Gabus, Jakenan, Jaken, Winong, Pucakwangi, dan Tayu. Sementara total warga yang terdampak kekeringan mencapai 40 ribu jiwa lebih.
Kepala Pelaksana BPBD Pati, Martinus Budi Prasetya, menjelaskan bahwa BPBD Pati telah menyalurkan bantuan air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan.
“Kepada masyarakat yang membutuhkan telah kami salurkan sekitar 200 tangki air bersih,” ujarnya, baru-baru ini.
Martinus menyebutkan, sejak dilanda kemarau akhir bulan Juli 2023, kekeringan tidak hanya melanda warga desa saja, namun di lembaga pendidikan keagamaan atau pondok pesantren juga sulit mendapatkan air bersih.
Kendati begitu, BPBD tidak secara rutin mendistribusikan air bersih ke pesantren. Penyaluran air bersih akan diberikan jika pihak ponpes melakukan pengajuan ke BPBD.
“Kami tidak bisa memberikan secara rutin setiap hari. Masalahnya ada tempat lain yang juga dibantu,” imbuhnya.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih BPBD Pati telah menyalurkan sekitar dua sampai tiga tangki bantuan air bersih ke ponpes yang terdampak kekeringan.
Beberapa ponpes yang telah mendapatkan bantuan air bersih di antaranya Ponpes Manbaul Ulum di Desa Pasuruan, Kecamatan Kayen dan Ponpes Tahfidh Manbaul Qur’an di Desa Karang Rejo, Kecamatan Pucakwangi.
Meskipun dampak kemarau meluas, namun Martinus menyampaikan bahwa status bencana kekeringan di Kabupaten Pati masih digolongkan aman. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Koran Lingkar)