PATI, Lingkarjateng.id – Martinus Budi Prasetya, selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati mengungkapkan bahwa, peristiwa bencana rob paling parah yang melanda Kabupaten Pati adalah pada tanggal 23 Mei lalu. Pihaknya memprediksi pertengahan Juni terjadi rob susulan.
“Indikasi rob di pantai utara, diperkirakan pada pertengahan Juni ini masih ada fenomena baratan atau angin baratan dan fenomena rob ini masih akan ada lagi nanti. Jadi, tanggal 23 Mei kemarin itu memang jarak bulan dengan bumi dekat sehingga kenaikan air laut dipicu juga dengan gravitasi bulan,” katanya.
Diketahui, rob dan gelombang tinggi melanda wilayah pantura Jawa Tengah, tak terkecuali di Kabupaten Pati. Pemukiman Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati dan Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, terendam akibat banjir rob, Senin (23/5) lalu.
Cegah Banjir Rob Pati, BPBD Imbau Warga Gencar Tanam Mangrove
Selain itu, dirinya mengakui bahwa pelan tapi pasti terjadi penurunan permukaan tanah karena penggunaan air di bawah tanah, dan bangunan-bangunan di atasnya yang semakin banyak. Menurutnya, terkait tinggi rob tidak dapat diprediksi. Dirinya berharap, terkait dengan prediksi di pertengahan bulan nanti apabila memang terjadi tidak mengakibatkan bencana yang lebih parah.
“Diperkirakan dari BMKG di pertengahan bulan ini, namun kita berharap tidak setinggi dari tanggal 23 kemarin. Kemarin tinggi kenaikan air laut hingga 2 meter lebih,” ungkap Martinus.
Kondisi itu, lanjut Martinus, semakin parah dengan hembusan angin dari laut menuju ke darat, sehingga gelombang tinggi kemudian didorong ke daratan oleh angin. Karena untuk tinggi rob tak bisa diprediksi, dirinya menyebut salah satu pertimbangannya yakni apa yang berbatasan dengan pantai tersebut.
“Kalau berbatasan dengan pemukiman maka otomatis akan tinggi, tapi kalau masih ada pantai yang panjang kemudian ada tambak, dan sebelum tambak di sana ada populasi mangrove misalnya, itu juga akan semakin kecil kemungkinan air masuk ke darat. Tapi kalau tidak ada bentengnya dan tidak ada yang melindungi, otomatis akan menjadi lebih tinggi,” pungkasnya. (Lingkar Network | Ika Tamara Dewi – Koran Lingkar)