JEPARA, Lingkarjateng.id – Pasokan LPG 3 kilogram (gas melon) ke pengecer beberapa minggu belakangan tidak lancar. Hal ini diduga lantaran meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat akibat beralih dari gas non subsidi ke LPG 3 kilogram.
Salah satu pengecer di Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Bayu Suryadi (47) mengaku sudah tiga minggu pasokan gas melon di tempatnya berkurang drastis. Biasanya per minggu dirinya mendapatkan 24 tabung, namun saat ini hanya 2 sampai 3 tabung per minggu.
Ia mengatakan, permintaan elpiji 3 kg saat ini memang lebih tinggi dibanding sebelum Pertamina memberlakukan harga baru untuk elpiji 12 kg.
“Mungkin ini efek dari gas yang biru (elpiji 12 kg) naik harganya. Semua jadi susah dapat barangnya (elpiji 3 kg). Soalnya, dari kemarin agen gas belum datang lagi ke sini,” kata Suryadi.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jepara, Iskandar Zulkarnain belum dapat memastikan penyebab seretnya pasokan gas melon di beberapa pengecer.
“Sementara kita masih belum bisa memastikan, apakah karena migrasi penggunaan gas non subsidi ke gas 3 kilogram atau adanya oknum-oknum nakal yang memanfaatkan kondisi tersebut,” ungkapnya.
Pihaknya pun mengimbau kepada pangkalan untuk tidak mengambil kesempatan ini dengan menaikkan harga. Karena, harga tabung gas 3 kg sudah ada Harga Eceran Tertinggi (HET)-nya.
“Kita minta agar dipatuhi dan disalurkan kepada yang berhak seperti pengguna rumah tangga, pelaku UMKM,” sebutnya.
Selain itu, pihaknya mengajak semua pihak ikut mengawasi, apabila ada oknum atau pangkalan yang nakal segera dilaporkan.
“Kalau melanggar pasti akan ada sanksinya, dan sekarang sudah ada portal aduan yang dibuka oleh Pj Bupati untuk segera direspon,” pungkasnya. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Koran Lingkar)