JEPARA, Lingkarjateng.id – Kurang lebih sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri, sejumlah kebutuhan pokok di Kabupaten Jepara mengalami kenaikan harga mulai dari cabai hingga minyak goreng.
Salah satu pedagang sembako di Pasar Kalinyamatan, Rusmidah, mengatakan bahwa kenaikan harga kebutuhan pokok terjadi sejak awal memasuki bulan Ramadhan.
“Awal puasa mulai naik. Kalau untuk pasokannya aman,” kata Rusmidah, Rabu, 3 April 2024.
Sejumlah kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga diantaranya, bawang merah yang semula harga Rp20 ribu naik menjadi Rp45 ribu per kilogram, minyak curah naik dari Rp14 ribu menjadi Rp18 ribu, minyak botol juga mengalami kenaikan harga yang semula Rp15 ribu menjadi Rp18 ribu.
Kenaikan harga juga terjadi pada jenis sayur-sayuran, seperti cabai merah yang awalnya Rp20 ribu sekarang Rp30 ribu per kilogram, tomat semula harga Rp10 ribu menjadi Rp30 ribu per kilogram, kemudian harga kol dan kubis saat ini mencapai Rp7 ribu yang sebelumnya Rp4 ribu.
Sedangkan untuk harga beras mengalami penurunan yang awalnya Rp16 ribu menjadi Rp14 ribu, penurunan harga juga terjadi pada telur ayam yang semula Rp 32 ribu menjadi Rp 28 ribu.
“Kalau bawang putih dan cabai rawit harganya masih stabil,” kata Rusmidah.
Menurut Rusmidah, pada bulan Ramadhan kali ini Pasar Kalinyamatan mengalami penurunan pembeli jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Biasanya tgl 15 atau 20 puasa sudah ramai sekarang seperti hari-hari biasa, kurang tau kalau penyebabnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza mengatakan bahwa kenaikan harga bahan pokok itu wajar terjadi jika permintaan konsumen tinggi namun pasokan stagnan.
“Fenomena mendekati hari-hari besar memang ada permintaan dari masyarakat yang meningkat, akan tetapi pasokan dan distribusinya relatif tetap sehingga mengakibatkan kenaikan harga,” ungkapnya.
Ia menyampaikan bahwa untuk harga kebutuhan pokok memang seringkali mengalami perubahan atau fluktuasi setiap harinya, sehingga merupakan kejadian yang wajar.
“Selama kenaikan harganya masih normal tidak apa-apa, ada kenaikan ini memberikan kesempatan petani untuk menikmati hasilnya,” tuturnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Lingkarjateng.id)