7.072 Hektare Sawah di Pati Terdampak Banjir, Petani Harapkan Bantuan

TERENDAM BANJIR: Areak persawahan di Kabupaten Pati terendam banjir. (Arif Febriyanto/Lingkarjateng.id)

TERENDAM BANJIR: Areak persawahan di Kabupaten Pati terendam banjir. (Arif Febriyanto/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Sebanyak 7.072 hektare areal persawahan di Kabupaten Pati terdampak banjir. Kondisi ini membuat petani terancam merugi karena gagal panen.

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Pati, Kun Saptono, mengungkapkan bahwa lahan persawahan yang terendam banjir tersebar di sepuluh kecamatan. Terutama areal persawahan yang berada disepanjang aliran Sungai Juwana atau Silugonggo.

Rinciannya areal persawahan tersebut yakni 256 hektare di Margorejo, 237 hektare di Dukuhseti, 855 hektare di Pati, 981 hektare di Jakenan.

Kemudian 1.197 hektare di Gabus, 1.286 hektare di Kayen, 2.018 hektare di Sukolilo, 136 hektare di Juwana, dan 104 hektare di Wedarijaksa.

Dari data tersebut, Kecamatan Sukolilo adalah yang paling terdampak meskipun secara geografis merupakan wilayah perbukitan. Tiga desa tercatat  memiliki areal persawahan cukup luas berada di Desa Poncomulyo, Gadudero dan Kasiyan lokasinya berada di bantaran sungai Juwana.

Kun mengatakan bahwa pihaknya akan segera mendata para petani yang ikut dalam program asuransi untuk diberikan bantuan sesuai dengan ketentuan.

“Untuk yang masuk program asuransi akan segera didata dan dilaporkan untuk pengajuan klaim. Bagi yang belum, diimbau untuk ikut program yang akan datang. Daftar asuransi pertanian,” jelasnya.

Meski sebanyak 7.072 hektare areal persawahan terdampak banjir, namun pihaknya belum bisa memastikan kerugian yang dialami para petani. Terlebih curah hujan diperkirakan masih tinggi sehingga dikhawatirkan daerah terdampak semakin luas.

“Untuk perkiraan kerugian belum bisa kami perkirakan. Besok akan kami koordinasikan dengan pihak lain,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu petani di Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati, mengaku hingga kini belum mendapatkan bantuan. Padahal sawahnya juga turut terendam banjir.

“Banjir seperti ini orang kecil sengsara. Tanam padi gagal, jualan juga sepi. Semoga saja nanti ada bantuan dari pemerintah” ungkapnya.

Suratmi mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah. Terlebih, lokasi sawah miliknya yang berada di tepi Sungai Juwana menjadi langganan banjir di musim hujan

Karena luas lahannya kurang dari satu hektar, ia memperkirakan kerugian mencapai Rp 15 jut. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version