4 Tahun Usai Peletakan Batu Pertama, Puluhan RTLH di Rembang Masih Belum Rampung

KONDISI: Rumah Arif Sunardi (46) salah seorang warga Desa Meteseh yang mendapat program bantuan bedah rumah namun belum digarap selama 4 tahun. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

KONDISI: Rumah Arif Sunardi (46) salah seorang warga Desa Meteseh yang mendapat program bantuan bedah rumah namun belum digarap selama 4 tahun. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Sejak peletakan batu pertama oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) tingkat Jateng akhir 2019 lalu, puluhan rumah tidak layak huni (RTLH) di Desa Meteseh Kecamatan Kaliori hingga kini belum selesai.

Program rehabilitasi 50 unit RTLH yang dibangun menggunakan CSR Bank Jateng itu direncanakan selesai pada 2023 ini, namun hingga kini belum terlihat progres penyelesaian.

Desa Meteseh dipilih sebagai tuan rumah karena merupakan desa binaan dari Dinas Sosial Jateng. 

Bedah rumah tersebut menyasar sebanyak 50 unit dengan masing-masing mendapatkan alokasi sebesar Rp 15 juta. Sehingga total anggaran yang dikucurkan dari dana CSR Bank Jateng mencapai Rp 750 juta.

Berdasarkan informasi yang didapat, hanya ada 1 dari 50 rumah yang sudah direhab. Rumah tersebut merupakan lokasi peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Ganjar. Namun pembangunan rumah tersebut tidak menggunakan dana CSR Bank Jateng, melainkan dana talangan Desa.

Salah seorang warga Desa Meteseh, Arif Sunardi (46) mengaku dirinya merupakan salah satu warga yang mendapat bantuan bedah rumah pada Desember 2019 lalu. Namun selama kurang lebih 4 tahun, dirinya tidak menerima kejelasan terkait program tersebut.

“Dulu pertama kali peletakan batu pertama oleh Pak Ganjar waktu kesini. Cuma setelah itu tidak ada tindak lanjut sampai saat ini,” terangnya.

Sejauh ini, dirinya belum pernah mempertanyakan terkait kelanjutan program bantuan bedah rumah tersebut. Sebab, sebagai rakyat kecil Sunardi merasa tidak memiliki wewenang untuk mempertanyakan bantuan yang diterimanya.

“Kalau seperti saya gini, orang-orang bawah ya tidak tahu. Harusnya dari pemerintah yang terkait, kita tahunya hanya didaftar dan mungkin sesuai dengan kriteria rumahnya seperti ini. Selebihnya saya tidak tahu,” bebernya.

Dirinya sempat memaklumi tertundanya bantuan bedah rumah karena adanya pandemi Covid-19. Namun setelah wabah tersebut menghilang, ternyata tetap tidak ada tindak lanjut dari program tersebut.

“Kalau bisa ya ditepati janjinya, jangan cuma di PHP. Dikasih janji-janji manis habis itu tidak ada kejelasan,” ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan Hasim (48) warga Desa Meteseh lainnya yang merasa kecewa karena tidak ada tindak lanjut dari bantuan bedah rumah yang didapatnya. Padahal sebelumnya rumahnya sudah didatangi tim survei terkait bantuan bedah rumah untuk didata.

“Ya kecewa, karena sudah dijanjikan sampai sekarang belum terealisasi. Semoga kalau ada program seperti ini (bedah rumah) bisa dapat lagi,” tandasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version