UNGARAN, LINGKAR – Belum sepekan Ramadhan, gas elpiji 3 kilogram sudah langka. Salah satunya di Desa Plumbon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Hal itu dibenarkan warga sekitar, Erma. “Iya cari gas elpiji 3 kilogram susah sekali carinya, mau beli tapi dimana-mana stok-nya kosong, jadi bingung beli dimana lagi. Ini hampir di wilayah Desa Plumbon sini, ada beberapa cari di desa lainnya pun sulit didapatkannya gas subsidi ini,” katanya, Minggu (17/3).
Kesulitan gas melon ini, lanjutnya, sudah sejak tiga minggu sebelum bulan puasa. Warga memilih menggunakan kayu bakar untuk masak jika tidak mendapatkan gas elpiji.
Kelangkaan ini semakin mempersulit warga akrena dibarengi dengan kenaikan harga normal. “Ini juga ditambah kalau waktu dapat gas elpiji 3 kilogramnya ini harganya naik sampai Rp 25 ribu per tabungnya dari harga biasanya Rp 20 ribu per tabung,” sambungnya.
Di sisi lain, dijelaskan oleh salah satu pedagang di wilayah Kecamatan Suruh, Robiatun bahwa sudah tiga minggu ini tidak ada gas elpiji 3 kilogram di warung miliknya.
“Dari distributor gas LPG juga sudah mengurangi jumlah gas yang disetorkan ke pedagang lainnya, termasuk saya. Bahkan saya coba menghubungi agen maupun pangkalan juga tidak ada barangnya, kalaupun dikirimi gas subsidi ini sekarang dikurangi jumlahnya,” jelas Robiatun.
Ia juga menyebutkan, kondisi ini hampir terjadi merata di wilayah Kabupaten Semarang.
“Iya mungkin kondisi ini terjadi di semua wilayah, tidak hanya di Suruh saja, karena pembeli ini sampai mencari-mencari di lain daerah, tapi juga sulit dapatnya gas elpiji 3 kilogram ini, jadi saya rasa semua ya rata kondisi kelangkaan gas LPG 3 kikogram ini,” tandasnya.
Untuk itu, baik pembeli dan pedagang berharap, agar gas elpiji 3 kilogram ini bida kembali normal, baik itu ketersediaannya dan harganya pun kembali normal kembali. (hes/naw)