SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) terus berupaya meningkatkan sektor pariwisata. Salah satunya dengan menggelontorkan anggaran bantuan desa wisata sebesar Rp 18,5 miliar pada tahun 2022 ini.
Hal itu disampaikan oleh Kasi Pengembangan Daya Tarik Wisata, Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jateng, Riyadi Kurniawan. Ia mengatakan, bahwa bantuan Desa Wisata sudah dilakukan sejak tahun 2020 lalu.
“Saat itu sudah menganggarkan 18,5 miliar untuk 100 desa dan pada 2021 jumlah yang dianggarkan 32 miliar untuk 260 desa. Sedangkan tahun 2022 ini kita sudah menganggarkan 18,5 miliar untuk 131 desa wisata,” kata Riyadi, sapaan akrabnya.
Melalui dana pengembangan desa wisata itu, jelas Riyadi, potensi desa diharapkan bisa digali dan menjadi sejumlah sajian pariwisata atau produk pariwisata. Sehingga, kedepan pihaknya mempunyai berbagai macam pilihan kepada wisatawan untuk ditawarkan ke desa wisata yang dikunjungi. “Jadi itu sebagai pengungkit ekonomi masyarakat tingkat desa juga,” jelas dia.
Ikut Program Kemenparekraf, Desa Wisata Semarang Bakal Difasilitasi
Riyadi menambahkan, jumlah desa wisata di Jateng juga terus meningkat. Dari yang semula pada beberapa tahun lalu hanya sekitar 500 desa, sekarang naik menjadi 717 desa.
“Masing-masing desa wisata diharapkan mempunyai keunikan tersendiri, atau memiliki perbedaan antara satu desa dengan desa wisata lainnya,” imbuh dia.
Sebagai informasi, Desa Wisata Kampung Susu Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang menjadi salah satu yang mendapatkan gelontoran dana tersebut, yakni mendapat bantuan 1 miliar yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana dan prasarana wisata.
Desa wisata yang diresmikan sejak tahun 2017 lalu itu, mulanya hanya mengandalkan produk olahan makanan yang berbahan baku susu sapi. Seperti sabun susu, permen susu, yogurt, serta lainnya yang diproduksi secara rumahan oleh warga.
Hendi Optimis Kembangkan Pariwisata Semarang
Biasanya, produk tersebut dipamerkan di balai desa setempat jika ada kunjungan wisatawan atau memanfaatkan rumah warga yang memiliki usaha susu olahan. Namun, setelah mendapat bantuan dari Pemprov, Desa Wisata Kampung Susu kini telah memiliki rest area dan dua mobil shuttle.
Kepala Desa Sumogawe, Marsudi Mulyo Utomo mengatakan, bahwa di tahun 2020 pihaknya mendapat bantuan 1 miliar dari Pemprov untuk pengembangan wisata. Sebab, ia mengaku kendala yang dialami memang permasalahan finansial
“Awalnya kendala yang dialami itu permasalahan finansial, kesadaran masyarakat dan lahan. Alhamdulillah tahun 2020 saya mendapat bantuan dari Pak Gubernur 1 miliar, saya belikan dua mobil shuttle, bangun rest area dan juga ada gazebo, patung sapi dan parker,” ujar Kepala Desa Sumogawe itu.
Marsudi menyampaikan, bantuan sebesar itu sekaligus sebagai kepedulian Pemprov terhadap perkembangan desa wisata. Salah satunya memompa semangat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Sementara itu, Bagian Pemasaran Desa Wisata Kampung Susu, Sri Wuryani menuturkan, pihaknya mengalami banyak kendala. Mulai dari sarana dan prasarana hingga penataan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Konsep Kawasan Wisata Aglomerasi Semarang Raya Terinspirasi Yogyakarta
“Dulu awalnya banyak kendala. UMKM tidak tertata dengan rapi, baik secara tempat karena belum punya rest area. Kalau ada kunjungan kita tempatkan di balai desa ala kadarnya, atau kalau tidak kita ke warga. Alhamdulillah mendapat bantuan dari gubernur ini luar biasa. Kami sangat senang sekali,” pungkas Sri.
Sehingga, Lanjut Sri, Pokdarwis mampu mengembangkan Desa Wisata Kampung Susu dengan baik, yakni UMKM dapat tertata rapi karena sudah ada tempat pemasaran.
“Kita bisa seluruh UMKM sekitar 50-60 bisa ter-cover. Kalau ada kunjungan, mereka bisa menitipkan produk di pamerkan di tempat yang disediakan desa melalui bantuan tersebut,” lanjut dia.
Saat ini Desa Wisata Kampung Susu menawarkan paket wisata. Mulai dari edukasi produk dan susu perah hingga rest area untuk menikmati kuliner khasnya.
“Paket wisata mulai harga Rp 40.000 sampai Rp 200.000 per orang. Saat ini per Minggu ada dua sampai tiga kelompok yang berkunjung, kebanyakan siswa dan ibu-ibu PKK,” tutup dia. (Lingkar Network | Koran Lingkar)