Konflik PBNU-PKB Tidak Berdampak bagi PWNU Jateng

Khatib Syuriah PWNU Jateng

Khatib Syuriah PWNU Jateng, Munif Abdul Muchit. (Rizky Syahrul Al-Fath/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Khatib Syuriah PWNU Jateng Munif Abdul Muchit menanggapi perselisihan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang berencana ingin merebut kembali kepemimpinan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan membentuk tim lima atau panitia khusus (Pansus).

Ia mengatakan bahwa sejak dulu kaum Nahdliyin cenderung dinamis. Di NU sendiri memang terdapat lembaga khusus yaitu Bahtsul Masail yang tupoksinya untuk bagaimana memecahkan persoalan dengan musyawarah dan diskusi keras.

“Memang seperti itu budaya santri. Awalnya terjadi ketegangan, namun setelahnya tetap akan melunak. Serta adanya lembaga Bahtsul Masail yaitu silaturahmi bagi warga NU yang di dalamnya dilakukan pembahasan dan pemecahan masalah-masalah yang maudlu’iyah (tematik) dan waqi’iyah (aktual) yang memerlukan kepastian hukum yang belum pernah dibahas sebelumnya,” ujar Munif, panggilan akrabnya, pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Dengan adanya konflik tersebut, Munif mengatakan tidak ada dampak bagi PWNU Jateng dengan PKB Jateng.

“Tidak ada sama sekali! Di bawah itu sangat dinamis, artinya ada sinergi dan saling menguntungkan, karena itu ‘kan hanya personal perorangan dan walaupun begitu, kami menghargai perbedaan yang ada,” ungkapnya.

Ia turut angkat bicara mengenai penyebab permasalahan tersebut yakni dalam puncak rangkaian perseteruan di masa lalu yang tak selesai, antara Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang disebutnya mengambil-alih tampuk kekuasaan PKB dari tangan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 2008 silam.

“Itu ‘kan namanya mengungkap luka lama, tapi pada dasarnya menurut temen-temen PWNU itu tidak ada kaitannya dengan sakit hati pada saat pergeseran Gus Dur, karena memang eranya sudah lain. Era zaman dulu dan sekarang sudah berbeda,” tambahnya.

Saat ditanya siapa orang yang bisa mencari titik temu dalam permasalahan ini, Munif menganut ajaran dari para ulama NU yaitu, sesuatu yang belum bisa diselesaikan, lebih baik dibiarkan, karena nanti akan selesai dengan sendirinya.

“Hal yang tidak bisa diselesaikan, maka ketika kita tidak memperhatikan atau tidak mengambil perhatian, maka akan selesai dengan sendirinya, karena di arus bawah tidak ada dampaknya,” ujarnya.

Munif berharap masyarakat, terutama warga Nahdliyin yang gelisah atau masih bingung terkait permasalahan tersebut, agar tetap berjalan dan menjalani aktivitas seperti biasa.

“Yang NU ngurusi ormasnya, yang politik ngurusi politiknya, karena yang diinginkan bagaimana supaya negara ini bisa damai dan aman. Jangan ada konflik yang berlarut-larut,” pesannya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version