SEMARANG, Lingkarjateng.id – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut klaster pendidikan dan perusahaan mendominasi kasus Covid-19 Semarang. Hal itu ia sebutkan, karena kasus Covid-19 di Kota Semarang terus mengalami peningkatan dalam dua minggu terakhir.
Hendi, sapaan akrabnya menyebut, jika klaster pendidikan atau sekolahan tidak hanya ada di tingkat SD dan TK, bahkan di tingkat SMP dan SMA/SMK. Menurutnya, para pelajar sudah berulang kali diingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes). Namun kadang masih lalai, terlebih jika bertemu dengan teman-temannya.
“Jadi, dunia pendidikan kami off kan dua minggu supaya teman-teman di sekolah saya minta untuk di-refresh lagi oleh Kepala Dinas Pendidikan,” kata Wali Kota Semarang, belum lama ini.
Kasus Covid-19 Melonjak, Pemkot Semarang Hentikan PTM
Hendi meminta kepada Dinas Pendidikan untuk kembali memastikan penerapan SOP protokol kesehatan di masing-masing sekolah sudah sesuai. Jika ditemukan masih ada yang tidak sesuai, dia meminta agar dilakukan perbaikan selama dua minggu PTM diliburkan.
“Termasuk penyemprotan disinfektan, penyediaan wastafel dan air mengalir serta pengaturan jarak antar bangku di dalam kelas ini perlu diperhatikan kembali,” imbuhnya
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam menuturkan, sebanyak 76 siswa dan guru di Kota Semarang terinfeksi Covid-19. Setiap sekolah, lanjut Hakam, memiliki jumlah kasus yang berbeda-beda.
Gubernur Jateng Ajak Semua Pihak Waspadai Varian Baru Covid-19
Hakam menyampaikan, ada sekolah yang hanya ditemukan satu kasus saja. Namun, ada juga dalam satu sekolah yang ditemukan lebih dari 10 kasus. Hal ini yang membuat sekolah tersebut disebut klaster sekolah atau klaster pendidikan.
“SD ada, tapi yang paling banyak memang di SMA/SMK. Kemarin, saya sampaikan kepada Pak Wali, mungkin ada sekitar 76. Kemudian, guru juga ada beberapa yang nyumbang juga walaupun tidak sebanyak siswa,” tuturnya
Dia menjelaskan, jika temuan kasus Covid-19 Semarang adalah hasil random sampling yang dilakukan oleh Puskesmas masing-masing wilayah di sekolah-sekolah. Pasalnya memang dari bulan September 2021 hingga bulan Februari 2022 ini, Dinas Kesehatan terus melakukan random sampling di semua sektor termasuk sektor pendidikan.
“Makanya PTM dihentikan dulu sementara untuk melihat perkembangan kasusnya,” ucapnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)